Oleh : Hadi
Riyadi
Seluruh sel-sel tubuh memiliki
kemampuan mengkonversi makanan (dalam hal ini protein, lemak, dan karbohidrat)
menjadi suatu bentuk energi yang digunakan secara biologi. Proses ini disebut bioenergitika, dan
merupakan minat utama dalam bidang gizi olah raga atau fisiologi olahraga. Agar kita dapat berlari, melompat, dan
berenang, maka sel-sel otot harus dapat terus menerus mengekstrak energi dari
zat gizi makanan.
Sistem energi tubuh sangat
penting untuk diketahui, agar kita dapat mengerti batas-batas aktivitas
fisik. Ada tiga macam energi tubuh: (1)
sistem phosphagen atau sistem
ATP-Phosphocreatin, (2) sistem glikogen asam laktat atau sistem glikolisis, dan (3) sistem aerobik atau sistem oksidatif (fosforilasi
oksidatif).
Sistem phosphagen dan sistem glikogen asam laktat dapat
berjalan dengan tanpa adanya oksigen, karena itu dikatakan juga sebagai
metabolisme anaerobik atau sistem anaerobik.
Sumber energi bagi aktivitas muskular adalah senyawa
phospat berenergi tinggi, yang dikenal dengan adenosin trifosfat (ATP). Walaupun ATP bukanlah satu-satunya molekul
pembawa energi dalam sel, tetapi ATP merupakan sesuatu yang paling penting,
sebab tanpa jumlah ATP yang cukup maka kebanyakan sel akan cepat mati.
Struktur ATP terdiri dari tiga bagian utama : a) adenine,
b) ribosa, c) tiga buah phosphat, yang ketiganya berikatan bersama-sama. Pembentukan ATP terjadi dengan
mengkombinasikan adenosine diphosphat (ADP) dan phosphat inorganik (Pi). Reaksi ini membutuhkan sejumlah energi. Beberapa energi itu disimpan dalam ikatan
kimia yang menggabungkan ADP dan Pi, sehingga ikatan ini disebut ikatan
berenergi tinggi. Apabila enzim ATPase
memecah ikatan ini, maka sejumlah energi dibebaskan, dan energi ini dapat
digunakan untuk melakukan kerja (dalam hal ini kontraksi otot).
Sistem Phosphagen
Cara memproduksi ATP yang paling sederhana dan paling
cepat adalah melibatkan pemberian gugus fosfat dan energi ikatannya dari kreatin fosfat
(CP) ke ADP untuk membentuk ATP. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim kreatin kinase. ATP secara cepat dipecah menjadi ADP + Pi
pada saat melakukan olahraga.
Kemudian
ATP akan dibentuk kembali
melalui reaksi kreatin fosfat. Tetapi, sel-sel otot hanya menyimpan sejumlah
kecil CP, sehingga jumlah ATP total yang dapat dibentuk melalui reaksi ini
terbatas. Kombinasi ATP dan CP yang
disimpan disebut sistem ATP-CP atau sistem phosphagen. Pembentukan kembali CP membutuhkan sejumlah
ATP dan hanya terjadi selama pemulihan dari exercise.
Sistem phosphagen ini dapat memberikan tenaga untuk kerja
otot maksimal selama 10 sampai 15 detik, sehingga cukup untuk menyediakan
energi selama berlari 100 meter.
Sistem Glikogen Asam Laktat
Jalur metabolik kedua yang mampu
memproduksi ATP secara cepat tanpa melibatkan O2 dikenal dengan
glikolisis. Glikolisis melibatkan
pemecahan glukosa atau glikogen membentuk dua molekul asam piruvat atau asam
laktat. Secara sederhana, glikolisis
merupakan suatu jalur anaerobik yang digunakan untuk mentransfer energi ikatan
dari glukosa ke penggabungan kembali Pi pada ADP. Proses ini melibatkan sembilan langkah yang
dikatalisis secara enzimatik dan terjadi di dalam sarcoplasma sel otot. Singkatnya, glikolisis menghasilkan dua
molekul ATP (bersih) dan dua molekul
asam piruvat atau laktat per molekul glukosa.
Kalau glikolisis diperhatikan lebih rinci. Pertama, walaupun hasil akhir adalah
menghasilkan energi (proses exergonic), tetapi glikolisis harus
“dipancing” dengan penambahan ATP pada dua langkah di awal jalur. Tujuan “pancingan” ATP adalah untuk
menambahkan gugus fosfat
(disebut phosphorilasi) pada glukosa dan pada fruktosa-6-fosfat.
Jika glikolisis dimulai dengan glikogen sebagai substrat, maka hanya
dibutuhkan satu ATP (glikogen tidak membutuhkan fosforilasi dengan ATP, tetapi difosforilasi oleh fosfat inorganik). Selanjutnya,
dua molekul ATP dihasilkan pada setiap dari dua reaksi yang terpisah dekat
ujung jalur glikolisis, sehingga hasil bersih glikolisis adalah 2 ATP jika
substratnya glukosa, dan 3 ATP jika substratnya glikogen.
Hidrogen sering dibebaskan dari
substrat zat gizi pada jalur bioenergitika dan ditransport oleh molekul-molekul
pembawa (carrier molecules). Dua
molekul pembawa yang penting secara biologi adalah nikotiamide adenine
dinukleotida (NAD) dan flavin adenine dinukleotida (FAD). NAD dan FAD mentransport hidrogen dan energi
yang berhubungan dengannya digunakan untuk pembentukan ATP dalam mitokondria
melalui proses aerobik. Pada reaksi
glikolisis, dua atom hidrogen harus dibebaskan dari gliseraldehida 3-phosphat,
yang kemudian membentuk 1,3-difosfogliserat. Penerima hidrogen pada reaksi ini adalah
NAD. Di sini NAD menerima satu atom
hidrogen, sedangkan hidrogen sisanya bebas di dalam larutan. Pada penerimaan hidrogen, NAD harus cukup
tersedia untuk menerima atom hidrogen yang harus dibebaskan dari gliseraldehida
3-fosfat, jika glikolisis
terus berlangsung. Bagaimana NAD
dibentuk kembali dari NADH?. Ada dua cara sel menyimpan
kembali NAD dari NADH. Pertama, jika oksigen
cukup tersedia, hidrogen dari NADH dapat di shuttle ke dalam mitokondria sel
dan dapat menyumbang pada produksi ATP aerobik.
Kedua, jika oksigen tidak tersedia untuk menerima hidrogen dalam
mitokondria, asam piruvat dapat menerima hidrogen untuk membentuk laktat. Enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi ini
adalah laktat dehidrogenase (LDH), dengan hasil akhir terbentuknya asam laktat
dan pembentukan kembali NAD.
Oleh karena itu, alasan pembentukan
asam laktat adalah mendaur ulang NAD (dalam hal ini NADH diubah
menjadi NAD), sehingga glikolisis dapat berlanjut.
Karakteristik sistem glikogen asam laktat ini adalah ia dapat
membentuk molekul ATP sekitar 2.5 kali lebih tinggi daripada kecepatan yang
dapat dibentuk oleh mekanisme oksidatif dari mitokondria. Oleh karena itu, apabila sejumlah bahan ATP
dibutuhkan untuk kontraksi otot selama jangka waktu tertentu (periode sedang),
maka mekanisme glikolisis anaerobik dapat digunakan sebagai sumber energi yang
cepat tersedia. Tetapi kecepatannya
hanya setengah kecepatan sistem phosphagen.
Dibawah keadaan optimal, sistem glikogen-asam laktat dapat
memberikan energi untuk aktivitas selama 30-40 detik disamping 10-15 detik yang
diberikan oleh sistem phosphagen.
Sistem Aerobik
Produksi ATP secara aerobik terjadi di dalam mitokondria
dan melibatkan interaksi dua jalur metabolik yang bekerjasama, yaitu: (1)
siklus Krebs, dan (2) rantai transport elektron. Fungsi utama siklus Krebs adalah
menyelesaikan oksidasi (melepaskan hidrogen) dari karbohidrat, lemak, atau
protein dan menggunakan NAD dan FAD sebagai pembawa hidrogen (oksigen). Penglepasan hidrogen ini penting karena
hidrogen (berdasarkan elektron yang dia miliki) mengandung energi
potensial. Energi ini dapat digunakan
dalam rantai transport elektron untuk menggabungkan ADP + Pi membentuk
ATP. Oksigen merupakan penerima
(acceptor) hidrogen terakhir pada akhir rantai transport elektron dan kemudian
dibentuk air (dalam hal ini, H2 + O diubah menjadi H2O).
Proses produksi ATP secara aerobik dikenal dengan istilah fosforilasi oksidatif.
Siklus Krebs. Istilah ini diberikan setelah ahli biokimia
Hans Krebs memelopori penelitian tentang jalur yang kompleks ini, yang pada
akhirnya memberikan pengertian yang lebih jelas tentang jalur tersebut. Istilah lain bagi siklus Krebs adalah siklus
asam sitrat atau siklus asam trikarboksilat.
Untuk masuk kedalam siklus Krebs perlu penyiapan molekul beratom karbon
dua, yaitu asetil Coenzim A (asetil CoA).
Asetil CoA dapat dibentuk dari pemecahan karbohidrat, protein atau
lemak. Piruvat (molekul tiga atom
karbon) dipecah membentuk asetil CoA (molekul dua atom karbon) dan karbon
sisanya dilepas sebagai CO2.
Selanjutnya, asetil CoA bergabung dengan asam sitrat (enam atom
karbon). Kemudian terjadi serangkaian
enam reaksi kimia, yang pada akhirnya terbentuk kembali asam oksaloasetat dan
dua molekul CO2, sehingga jalur metabolik dapat berlangsung lagi
(lihat Gambar 5). Untuk setiap molekul
glukosa yang masuk jalur glikolisis dibentuk dua molekul piruvat, dan apabila
tersedia oksigen (O2) piruvat dikonversi menjadi dua molekul asetil CoA. Ini berarti setiap molekul glukosa
menghasilkan dua putaran siklus Krebs.
Sekarang kita bahas lebih rinci siklus Krebs. Ingat bahwa
fungsi utama siklus Krebs adalah membebaskan hidrogen dan energi yang
berhubungan dengan hidrogen tersebut dari berbagai substrat yang terlibat dalam
siklus. Setiap putaran siklus Krebs dibentuk tiga molekul NADH dan satu
molekul FADH2. untuk setiap
pasang elektron yang lewat melalui rantai transport elektron dari NADH ke
oksigen, akan tersedia energi yang cukup untuk membentuk dua molekul ATP. Sehingga, dalam pembentukan ATP, energi FADH
tidak sekaya energi NADH.
Disamping produksi NADH dan FADH, siklus Krebs juga
membentuk senyawa berenergi tinggi yang dapat mentransfer gugus phosphat
terminalnya untuk membentuk ATP.
Pembentukan langsung GTP dalam siklus Krebs disebut dengan phosphorilasi
taraf substrat, dan hanya menerangkan sejumlah kecil konversi energi dalam
siklus Krebs. Hal ini karena kebanyakan
hasil energi siklus Krebs (dalam hal ini NADH dan FADH) diperoleh pada rantai
transport elektron yang membentuk ATP.
Sampai pada tahap ini, kita sudah memfokuskan pada peranan
yang dimainkan oleh karbohidrat dalam memproduksi asetil CoA untuk masuk dalam
siklus Krebs. Bagaimana peranan lemak
dan protein pada metabolisme aerobik?. Lemak dipecah membentuk
asam lemak dan gliserol. Asam-asam lemak
ini kemudian menjalani rangkaian reaksi membentuk asetil CoA (disebut oksidasi beta) dan
kemudian masuk siklus Krebs.
Walaupun oksidasi gliserol dapat dikonversi menjadi suatu
intermediat glikolisis, tidak mungkin ini terjadi sedemikian besar dalam otot
skeletal, sehingga gliserol bukanlah sumber energi yang penting selama
exercise.
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, protein bukanlah
sumber bahan bakar utama selama exercise, karena protein menyumbang kurang dari
5-15 persen dari bahan bakar yang digunakan selama proses exercise.
Protein dapat memasuki jalur bioenergetika dalam berbagai cara. Tetapi, tahap pertama adalah pemecahan
protein menjadi asam amino. Apa yang
terjadi kemudian tergantung pada asam amino mana yang dilibatkan. Sebagai contoh, beberapa asam amino dapat
dikonversi menjadi glukosa atau asam piruvat, beberapa menjadi asetil CoA, dan yang lainnya menjadi senyawa
intermediat siklus Krebs. Asam amino yang dikonversi menjadi glukosa dapat
digunakan untuk menghasilkan energi.
Rantai Transport Elektron. Fosforilasi oksidatif atau produksi
ATP secara aerobik terjadi di dalam mitokondria. Jalur yang bertanggungjawab untuk proses ini
disebut rantai transport elektron atau pernafasan. Produksi ATP secara aerobik dimungkinkan karena
suatu mekanisme yang menggunakan energi potensial yang tersedia pada pembawa
hidrogen tereduksi, seperti NADH dan FADH untuk memfosforilasi kembali ADP menjadi ATP.
Pembawa hidrogen tereduksi tidak langsung bereaksi dengan oksigen. Elektron-elektron yang mengandung energi
ikatan dari atom-atom hidrogen dilewatkan melalui suatu rangkaian pembawa
elektron yang dikenal sebagai sitokrom.
Energi tersebut digunakan untuk memfosforilasi
kembali ADP untuk membentuk ATP pada tiga tahapan yang berbeda.
Pembawa hidrogen yang membawa elektron ke rantai transport
elektron berasal dari berbagai sumber.
Ingat bahwa dua molekul NADH dibentuk per molekul glukosa yang dipecah
melalui glikolisis . NADH ini di luar
mitokondria dan hidrogennya harus ditransport melewati membran mitokondria
melalui mekanisme jalur
khusus. Tetapi, kebanyakan elektron yang
masuk rantai transport elektron berasal dari NADH dan FADH yang dibentuk pada
oksidasi siklus Krebs. Elektron-elektron dari NADH dan FADH
dilewatkan melalui rangkaian senyawa yang melakukan oksidasi dan reduksi,
dengan terjadinya sintesis ATP pada berbagai tempat di sepanjang
perjalanannya. Kalau kita perhatikan,
apabila NADH yang masuk rantai pernafasan, maka diperoleh tiga molekul
ATP. Pada ujung rantai pernafasan,
oksigen menerima elektron-elektron yang dilewatkan dan bergabung dengan
hidrogen membentuk air. Jika oksigen
tidak tersedia untuk menerima elektron-elektron tersebut, maka phosphorilasi
oksidatif tidak mungkin terjadi, sehingga pembentukan ATP dalam sel harus
terjadi melalui metabolisme anaerobik.
Perhitungan ATP Aerobik. Sekarang kita dapat menghitung produksi ATP
sebagai hasil dari pemecahan glukosa atau glikogen dalam keadaan aerobik. Ingat bahwa hasil bersih ATP pada glikolisis
adalah dua ATP per molekul glukosa.
Kemudian apabila tersedia oksigen dalam mitokondria, dua NADH yang
dihasilkan melalui glikolisis dapat dimasukkan ke dalam mitokondria, dan
dihasilkan enam ATP (lihat Tabel 1). Sehingga glikolisis dapat menghasilkan dua
ATP secara langsung melalui phosphorilasi taraf substrat dan enam ATP tambahan
melalui energi yang dikandung pada dua molekul NADH.
Berapa banyak ATP yang dihasilkan sebagai hasil dari
aktivitas oksidasi reduksi siklus Krebs?.
Tabel 1 menunjukkan
dua NADH dibentuk apabila asam piruvat dikonversi menjadi asetil CoA,
menghasilkan enam ATP. Juga diperoleh
dua GTP (sama dengan ATP) melalui fosforilasi tahap substrat, serta enam
NADH dan dua FADH. Oleh karena itu,
dihasilkan 24 ATP dari NADH (8 NADH X 3 ATP = 24 ATP) dan empat ATP dari
FADH. Sehingga hasil ATP total dari
pemecahan glukosa secara aerobik adalah 38 ATP.
Sedangkan hasil ATP total dari pemecahan glikogen secara aerobik adalah
39 ATP, hal ini karena hasil bersih glikolisis dari glikogen adalah 3 ATP (1
ATP lebih banyak daripada glukosa).
Bagaimana efisiensi phosphorilasi
oksidatif sebagai suatu sistem yang mengkonversi zat gizi makanan menjadi
energi yang dapat digunakan secara biologi?
Hal ini dapat dihitung melalui rasio energi dari ATP yang diperoleh
melalui respirasi aerobik dibagi dengan energi potensial total yang dikandung
glukosa.
Tabel
1. Perhitungan ATP secara Aerobik dari Pemecahan
Satu
Molekul Glukosa.
Proses Produk ATP dari Subtotal
Metabolik Energi fosforilasi ATP
Tinggi
oksidatif
Glikolisis 2 ATP - 2
(anaerobik)
2
NADH 6 8
(aerobik)
Asam Piruvat
Menjadi asetil CoA 2 NADH 6 14
Siklus Kerbs 2 GTP - 16
6
NADH 18 34
2
FADH 4 38
Total 38 ATP
Sebagai
contoh, satu mol (1 mol adalah 1 gram berat molekul) ATP, apabila dipecah
menghasilkan 7,3 Kal. Energi potensial
yang dibebaskan dari oksidasi satu mol glukosa adalah 686 Kal. Maka, gambaran efisiensi respirasi aerobik
sebagai berikut:
38 mol
ATP/mol glukosa x 7.3 Kal/mol ATP
Efisiensi respirasi = X
100%
686 Kal/mol glukosa
= 40%.
Oleh karena itu, efisiensi respirasi aerobik adalah
sekitar 40 persen. Sisanya sebanyak 60
persen dibebaskan sebagai panas.
Sistem aerobik ini dapat menyediakan energi bagi tubuh
kita dalam waktu yang tidak terbatas, selama zat-zat gizi tubuh masih tersedia. Dengan demikian, ia dapat digunakan untuk
aktivitas olahraga yang memakan waktu banyak (misal olahraga endurance yang
berlangsung lebih dari 1 jam).
Kalau kita
ringkas dapat dilihat karakteristik berbagai sistem suplai energi pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik berbagai sistem suplai energi
Sistem energi
|
Kebutuhan oksigen
|
Reaksi kimia
|
Laju pembentukan ATP per detik
|
ATP yang dibentuk per molekul substrat
|
Kapasitas yang tersedia
|
ATP-PCr
|
tidak
|
PCr menjadi Cr
|
10
|
1
|
< 15 detik
|
Glikolisis
|
tidak
|
Glukosa atau glikogen menjadi laktat
|
5,0
|
2-3
|
~ 1 menit
|
Oksidatif
(dari karbohidrat)
|
ya
|
Glukosa atau glikogen menjadi CO2 dan H2O
|
2,5
|
36-39
|
~ 90 menit
|
Oksidatif
(dari lemak)
|
ya
|
Asam lemak bebas dan trigliserida menjadi CO2 dan H2O
|
1,5
|
>100
|
hari
|
Sumber : Kenney,
et. al. (2012)
Jenis Olahraga dan Sistem Energi
Dengan mempertimbangkan intensitas dan lamanya aktivitas
olahraga, maka kita dapat memperkirakan sumber energi yang digunakan oleh
berbagai jenis olahraga. Pelari jarak 100 meter kelas dunia yang
mencatatkan waktunya dibawah 10 detik hampir dipastikan semuanya menggunakan
energi sistem phosphagen. Berbagai jenis olahraga menurut sumber
energinya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sistem Energi yang
Digunakan pada Berbagai Jenis Olahraga
Sistem energi
|
Jenis Olahraga
|
Sistem
phosphagen
(hampir
semuanya)
|
Sprint 100 m
Lompat
tinggi/jauh
Angkat berat
Menyelam
Lari cepat pada
main bola
|
Sistem
phosphagen dan glikogen
- asam laktat
|
Lari cepat 200
meter
Basket
Baseball
Lari cepat hoki es
|
Sistem
glikogen asam laktat
(hampir
semuanya)
|
Lari cepat 800
meter
Berenang 200
meter
Skating 1500
meter
Bertinju
Dayung 200 meter
Lari 1500 meter
Lari 1 mil
Renang 400 meter
|
Sistem
aerobik
|
Skating 10.000
meter
Main ski
Lari maraton
(26.2 mil, 42.2 Km)
Jogging
|
Daftar Pustaka
Kenney WL,
Wilmore JH, Costill DL. 2012. Physiology
of sport and exercise. 5th ed. Champaign
: Human Kinetics.
Kraemer WJ, Fleck
SJ, Deschenes MR. 2012. Exercise
physiology : integrating theory and application. 1st ed. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
Lanham-New SA, Stear SJ, Shirreffs SM, and Collins AL (Eds). 2011. Sport
and exercise nutrition. West Sussex : Wiley-Blackwell
2 comments:
Terimakasih banyak bapak sudah memaafkan kesalahan dan kehilafan yang sudah saya lakukan. saya nenyadari dan mengakui bahwa saya telah mengambil karya ilmiah bapak tanpamengikuti kaedah dan peraturan penulisan yang sesuai. semoga dengan adanya kejadian ini, dapat menjadikan pelajaran yang sangat berharga bagi saya pribadi dan saya berusaha untuk tidak mengulanginya kembali. saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini, dan terimakasih banyak karena bapak telah membukakan pintu maaf untuk saya. terimakasih atas kemurahan hati bapak... sekali lagi saya menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya. sukses selalu untuk bapak dan keluarga.
Post a Comment