Penggunaan
antropometri sangat umum sebagai salah satu metode untuk mengukur status gizi..
Antropometri berasal dari bahasa Yunani dengan kata antrophos dan metros.
Antrophos memiliki arti tubuh, sedangkan metros adalah ukuran. Jadi pada
hakekatnya antropometri merupakan penguukuran dari tubuh. Pengertian antropometri
adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus
tubuh. Pengukuran antropometri bertujuan untuk melihat pertumbuhan tubuh dan besaran
komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.
Antropometri
adalah cara pengukuran status gizi yang mudah dan paling sering digunakan di masayarakat. Pada
beberapa kelompok penduduk, pengukuran tinggi badan sulit diukur, seperti pada
lansia dan orang yang lagi sakit di rumah sakit. Pada kelompok penduduk seperti ini tinggi
lutut dapat digunakan sebagai penduga tinggi badan seseorang. Tinggi badan
mengalami penurunan sejalan dengan penuaan, yang ditandai dengan penurunan sebanyak
1-2 cm/decade. Proses ini berlangsung
lebih cepat pada mereka yang sudah tua yang sangat jelas dapat dilihat pada
posisi duduk. Penurunan tinggi badan
terjadi akibat pemadatan vertebral,
perubahan tinggi dan bentuk potongan – potongan vertebral, hilangnya
karakteristik otot dan perubahan-perubahan postural (WHO, 1995).
Tinggi
lutut diukur pada posisi subjek yang berbaring (supine) dengan menggunakan
suatu alat ukur yang disebut caliper.
Pengukuran dibuat pada kaki sebelah kiri. Hal ini dilakukan karena dalam pengembangan
persamaan pendugaan tinggi badan yang dilakukan oleh Chumlea. Pengukuran pada posisi berbaring ini
dilakukan karena cara ini pada awalnya dipakai untuk menduga tinggi badan bagi
lanjut usia yang harus tetap berbaring di rumah sakit. Bagi lanjut usia yang
aktif di masyarakat dapat digunakan alat tersebut dengan cara duduk dan yang
diukur adalah tungkai bawah kiri. Pada saat ini pendugaan tinggi badan dari
pengukuran tinggi lutut juga dapat digunakan untuk kelompok usia lainnya (misal
anak-anak) yang tidak dapat berdiri sempurna atau sedang sakit dalam keadaan
berbaring di rumah sakit.
Cara
Pengukuran Tinggi Lutut
Lutut
dan pergelangan kaki dari tungkai kiri diletakkan pada posisi 90 derajat (lihat
gambar). Kemudian salah satu ujung
caliper diletakkan pada bagian bawah tumit, dan ujung caliper yang satunya (yang
dapat digeser-geser) diletakkan pada bagian ujung atas paha. Peletakan caliper harus sejajar dengan tulang
fibula sebelah kiri. Selanjutkan
dilakukan penekanan pada kedua ujung caliper sampai menekan jaringan lunak Kemudian pengukuran dibaca dengan tingkat
ketelitian sampai 0.1 cm. Pengukuran
dilakukan dua kali dengan perbedaan nilai pengukuran tidak boleh lebih dari 0.5
cm.
Pengukuran
juga bisa dilakukan pada pos
Menduga Tinggi Badan Lansia
Setelah
tinggi lutut diukur dan diperoleh nilainya, maka selanjutkan dapat dilakukan
pendugaan tinggi badan. Pendugaan tinggi
badan dapat dilakukan dengan memasukkan nilai tinggi tutut kedalam persamaan
Chumlea pada Tabel dibawah ini.
Hasil
penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus
Chumlea :
TB
pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB
wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)
Menduga Tinggi Badan Anak dan Remaja
Setelah
tinggi lutut diukur pada anak dan remaja maka selanjutnya dimasukkan kedalam
rumus berikut ini. Selanjutnya dugaan
tinggi badan dapat diperoleh.
Persamaan
untuk menduga tinggi badan dari tinggi lutut pada anak dan remaja di negara
berkembang (6 -18 tahun)
Persamaan
pendugaan tinggi badan (cm) anak dan remaja usia 6 – 18 tahun :
TB
anak laki2 Caucasian = 40.54 + (2.22 × Tinggi lutut)
TB
anak laki2 African-American = 39.60 + (2.18 × Tinggi lutut)
TB
perempuan Caucasian = 43.21 + (2.15 × Tinggi lutut)
TB
perempuan African-American = 46.59 + (2.02 × Tinggi lutut)
Pendugaan
tinggi badan ini dari pengukuran tinggi lutut dikembangkan dari data yang
dikumpulkan dari 13 821 anak dan remaja di Amerika Serikat (Chumlea 1994 ).
Misalkan
: seorang ibu yang berumur 65 tahun memiliki tinggi lutut 50 cm.
Maka
Tinggi Badan = 75 + 1.91 TL – (0.17xUsia)
= 75 + 1.91 x 50 – (0.17x65)
= 75 +95.5 –
11.1
= 159.4 cm
Menilai
Status Gizi Lansia
Setelah
tinggi badan dan berat badan ditentukan maka dilakukan penghitungan indek massa
tubuh, yaitu berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam
meter). Hasil perhitungannya IMT
tersebut kemudia dibandingkan dengan standar WHO pada Tabel dibawah ini
Tabel Kategori Indeks Massa Tubuh (International Obesity Task Force (IOTF)).
Kategori
|
IMT (kg/m2)
|
Resiko terhadap penyakit
|
Kurus
|
< 18,5
|
Rendah (namun resiko bertambah akibat masalah lainnya)
|
Normal
|
18,5 – 22,9
|
Rata-rata
|
Kelebihan berat badan
Beresiko
Obes I
Obes II
|
23,0 - 24,9
25,0 – 29,9
>= 30
|
Meningkat
Sedang
Tinggi
|
Weisell RC.
2012. Body mass index as an
indicator of obesity. Asia Pacific J
Clin Nutr (2002) 11(Suppl): S681–S684
Daftar
Pustaka
Gibson, R.S. 2005.
Principles of Nutritional Assessment.
Second Edition. Oxford University Press, New York.
Preedy VR. 2012.
Handbook of Anthropometry : Physical Measures of Human Form in Health
and Disease. New York : Springer.
Lee RD & David C.
Nieman DC. 2013. Nutritional
Assessment. 6th Edition. New York : McGraw-Hill.
No comments:
Post a Comment