Laman

Thursday, September 29, 2016

Antropometri : Tinggi lutut (knee height) sebagai penduga tinggi badan (stature)



Penggunaan antropometri sangat umum sebagai salah satu metode untuk mengukur status gizi.. Antropometri berasal dari bahasa Yunani dengan kata antrophos dan metros. Antrophos memiliki arti tubuh, sedangkan metros adalah ukuran. Jadi pada hakekatnya antropometri merupakan penguukuran dari tubuh. Pengertian antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometri bertujuan untuk melihat pertumbuhan tubuh dan besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi.

Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang mudah dan  paling sering digunakan di masayarakat. Pada beberapa kelompok penduduk, pengukuran tinggi badan sulit diukur, seperti pada lansia dan orang yang lagi sakit di rumah sakit.  Pada kelompok penduduk seperti ini tinggi lutut dapat digunakan sebagai penduga tinggi badan seseorang. Tinggi badan mengalami penurunan sejalan dengan penuaan, yang ditandai dengan penurunan sebanyak 1-2 cm/decade.  Proses ini berlangsung lebih cepat pada mereka yang sudah tua yang sangat jelas dapat dilihat pada posisi duduk.  Penurunan tinggi badan terjadi akibat pemadatan vertebral,  perubahan tinggi dan bentuk potongan – potongan vertebral, hilangnya karakteristik otot dan perubahan-perubahan postural (WHO, 1995).

Tinggi lutut diukur pada posisi subjek yang berbaring (supine) dengan menggunakan suatu alat ukur yang disebut caliper.  Pengukuran dibuat pada kaki sebelah kiri.  Hal ini dilakukan karena dalam pengembangan persamaan pendugaan tinggi badan yang dilakukan oleh Chumlea.  Pengukuran pada posisi berbaring ini dilakukan karena cara ini pada awalnya dipakai untuk menduga tinggi badan bagi lanjut usia yang harus tetap berbaring di rumah sakit. Bagi lanjut usia yang aktif di masyarakat dapat digunakan alat tersebut dengan cara duduk dan yang diukur adalah tungkai bawah kiri. Pada saat ini pendugaan tinggi badan dari pengukuran tinggi lutut juga dapat digunakan untuk kelompok usia lainnya (misal anak-anak) yang tidak dapat berdiri sempurna atau sedang sakit dalam keadaan berbaring di rumah sakit.

Cara Pengukuran Tinggi Lutut
Lutut dan pergelangan kaki dari tungkai kiri diletakkan pada posisi 90 derajat (lihat gambar).  Kemudian salah satu ujung caliper diletakkan pada bagian bawah tumit, dan ujung caliper yang satunya (yang dapat digeser-geser) diletakkan pada bagian ujung atas paha.  Peletakan caliper harus sejajar dengan tulang fibula sebelah kiri.  Selanjutkan dilakukan penekanan pada kedua ujung caliper sampai menekan jaringan lunak  Kemudian pengukuran dibaca dengan tingkat ketelitian sampai 0.1 cm.  Pengukuran dilakukan dua kali dengan perbedaan nilai pengukuran tidak boleh lebih dari 0.5 cm.
Pengukuran juga bisa dilakukan pada pos






Menduga Tinggi Badan Lansia

Setelah tinggi lutut diukur dan diperoleh nilainya, maka selanjutkan dapat dilakukan pendugaan tinggi badan.  Pendugaan tinggi badan dapat dilakukan dengan memasukkan nilai tinggi tutut kedalam persamaan Chumlea pada Tabel dibawah ini.
Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea :
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)

Menduga Tinggi Badan Anak dan Remaja
Setelah tinggi lutut diukur pada anak dan remaja maka selanjutnya dimasukkan kedalam rumus berikut ini.  Selanjutnya dugaan tinggi badan dapat diperoleh.

Persamaan untuk menduga tinggi badan dari tinggi lutut pada anak dan remaja di negara berkembang (6 -18 tahun)

Persamaan pendugaan tinggi badan (cm) anak dan remaja usia 6 – 18 tahun :
TB anak laki2 Caucasian = 40.54 + (2.22 × Tinggi lutut)
TB anak laki2 African-American = 39.60 + (2.18 × Tinggi lutut)
TB perempuan Caucasian = 43.21 + (2.15 × Tinggi lutut)
TB perempuan African-American = 46.59 + (2.02 × Tinggi lutut)

Pendugaan tinggi badan ini dari pengukuran tinggi lutut dikembangkan dari data yang dikumpulkan dari 13 821 anak dan remaja di Amerika Serikat (Chumlea 1994 ).

Misalkan : seorang ibu yang berumur 65 tahun memiliki tinggi lutut 50 cm.
Maka Tinggi Badan = 75 + 1.91 TL – (0.17xUsia)
                                = 75 + 1.91 x 50 – (0.17x65)
                                = 75 +95.5 – 11.1
                                = 159.4 cm

Menilai Status Gizi Lansia
Setelah tinggi badan dan berat badan ditentukan maka dilakukan penghitungan indek massa tubuh, yaitu berat badan (dalam kg) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam meter).  Hasil perhitungannya IMT tersebut kemudia dibandingkan dengan standar WHO pada Tabel dibawah ini
Tabel Kategori Indeks Massa Tubuh (International Obesity Task Force (IOTF)).
Kategori
IMT (kg/m2)
Resiko terhadap penyakit
Kurus
< 18,5
Rendah (namun resiko bertambah akibat masalah lainnya)
Normal
18,5 – 22,9
Rata-rata
Kelebihan berat badan
    Beresiko
    Obes I
    Obes II

23,0 - 24,9
25,0 – 29,9
>= 30

Meningkat
Sedang
Tinggi
Weisell  RC.  2012.  Body mass index as an indicator of obesity.  Asia Pacific J Clin Nutr (2002) 11(Suppl): S681–S684
Daftar Pustaka
Gibson, R.S.  2005.  Principles of Nutritional Assessment.  Second Edition. Oxford University Press, New York.
Preedy VR.  2012.  Handbook of Anthropometry : Physical Measures of Human Form in Health and Disease. New York : Springer.
Lee RD & David C. Nieman DC. 2013.  Nutritional Assessment.  6th Edition.  New York : McGraw-Hill.






No comments: