Vitamin D
sebagai “superstar” gizi mengatasi penyakit degeneratif
Oleh :
Hadi Riyadi
Pada
tahun 2008 dalam artikel koran, Dr. Craig Bowron menyebut vitamin D sebagai
“superstar” gizi. Vitamin D tidak hanya
terlibat dalam penyerapan kalsium dan pencegahan riketsia (penyakit tulang),
vitamin D juga mempunyai peran penting pada banyak sistem tubuh manusia,
termasuk ekspresi gen sekitar 2000 gen atau sekitar 10 persen dari genom
manusia. Para peneliti mengatakan bahwa
orang membutuhkan banyak vitamin D.
Karena itu tidak mengherankan kalau banyak orang kekurangan vitamin D,
meskipun vitamin D dapat dibuat di kulit yang terpapar sinar matahari.
Vitamin
D, seperti vitamin larut lemak lainnya, akan disimpan di hati dan jaringan
adiposa. Vitamin D agak berbeda dengan
vitamin lainnya melalui dua hal. Pertama, kebutuhan vitamin D tidak
selalu dipenuhi dari makanan. Hal ini
karena tubuh kita dapat membentuk (sintesis) vitamin d menggunakan energi dari
paparan sinar matahari. Tetapi, apabila
kita tiak cukup terpapar sinar matahari, maka kita harus mengkonsumsi vitamin D
dari makanan. Kedua, disamping sebagai zat gizi, vitamin D juga dipertimbangkan
sebagai hormon karena ia dibuat pada salah sau bagian tubuh kita, dan ia juga
mengatur aktivitas pada bagian lain tubuh kita.
Jadi,
sebenarnya vitamin D secara teknis bukanlah vitamin. Ia merupakan keluarga dari senyawa kimia yang
lebih berperan sebagai hormon. Apabila
orang terpapar sinar matahari, sinar ultraviolet B (UVB) diserap oleh kulit
kita. Di kulit terdapat senyawa kimia
yang disebut provitamin D3 (7-dehydrocholesterol), suatu jenis kolesterol. Senyawa ini kemudian bereaksi dengan sinar
UVB membentuk cholecalciferol, suatu bentuk Vitamin D yang tidak aktif (atau
previtamin D3). Cholekalsiferol
dibebaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian berikatan dengan suatu protein
dan dibawa ke hati. Karena vitamin D3 dapat larut lemak maka ia disimpan di
hati. Di hati cholecalciferol
dikonversi menjadi calcidiol. Calcidiol
ini selanjtnya dibawa ke ginjal, disini calcidiol diubah menjadi
calcitriol. Calcitriol ini merupakan
bentuk aktif vitamin D di dalam tubuh kita.
Fungsi Vitamin D
Fungsi
vitamin D yang paling kita kenal adalah fungsinya dalam mengatur penyerapan
kalsium dan fosfor dari usus. Fungsi vitamin
D ini bekerjasama dengan paratiroid hormon (PTH) dan kalsitonin merupakan upaya
tubuh secara terus menerus untuk mempertahankan keseimbangan (homeostasis)
kadar kalsium darah. Kalau vitamin D
tubuh lebih tinggi maka penyerapan kalsium akan lebih tinggi juda, dan
sebaliknya. Vitamin D akan menurunkan
atau meningkatkan kadar kalsium darah melalui pemberian isyarat pada ginjal
untuk mengekskresi kalsium lebih banyak atau lebih sedikit di urin. Kemudian, vitamin D juga bekerjasama dengan
hormon paratiroid untuk merangsang pemecahan atau pengambilan kalsium dari
tulang jika kalsium dibutuhkan oleh tubuh.
Vitamin D juga penting dalam proses kalsifikasi tulang; hal ini berarti
membantu proses pembentukan tulang dari kalsium dan fosfor.
Peran
lain vitamin D adalah memainkan peranan dalam menurunkan pembentukan beberapa
jenis tumor kanker. Hal ini karena
vitamin D dapat mencegah pertumbuhan yang tidak terkendali pada jenis sel
kanker tertentu. Seperti halnya vitamin A, vitamin D juga memainkan peranan
dalam differensiasi sel pada berbagai jaingan tubuh.
Pada
saat ini diakui bahwa ada 5 sistem fisiologi, yang pada masa sebelumnya tidak
diakui, yang berespon terhadap vitamin D3 yang bekerja dengan reseptor vitamin
D. Sistem fisiologi ini adalah sistem
kardiovaskular dan jantung, sistem imun (innate dan adaptive), otot, pancreas,
homeostasis metabolik, dan otak (Erdman Jr., et. al., 2012). Oleh karena itu, defisiensi vitamin D sangat
berkaitan dengan meningkatnya kejadian beberapa jenis penyakit kanker, riketsia dan osteoporosis, peningkatan
penyakit infeksi, penyakit autoimmune (seperti type 1 diabetes, multiple sclerosis,
inflammatory bowel disease, psoriasis), hipertensi, resiko penyakit kardiovaskular,
peningkatan thrombogenesis, myopathy otot, dan gangguan perkembangan otak pada
janin.
Faktor-faktor yang memperlancar sintesis (pembentukan) vitamin D :
1. Musim
(musim panas-summer produksi vitamin
D lebih banyak).
2. Letak
geografis (lokasi yang dekat equator lebih banyak sinar matahari sepanang tahun).
3. Waktu
(paling banyak sinar antara pagi sampai sore hari).
4. Umur
(lebih muda lebih banyak diproduksi).
5. Tidak
memakai sunscreen.
6. Cuaca
cerah
7. Kulit
yang mudah terpapar (tidak tertutup).
8. Warna
kulit yang lebih cerah/putih.
1. Musim
(musim dingin-winter- produksi
vitamin D lebih sedikit).
2. Letak
geografis (lokasi yang lebih ke utara (40ᴼN) dan lebih ke selatan (40ᴼS) tidak
cukup sinar matahari).
3. Waktu
(pagi sekali, sore sekali dan malam hari).
4. Umur
(lebih tua, karena ketebalan kulit berkurang dengan meningkatnya usia).
5. Memakai
memakai sunscreen SPF 8 ke atas.
6. Cuaca
berawan/mendung.
7. Memakai
pakaian pelindung kulit.
8. Warna
kulit yang lebih gelap/hitam.
9. Kegemukan
(secara negatif mempengaruhi metabolisme dan penyimpanan vitamin D).
10. Penggunaan
jendela atau pelindung rumah dari kaca atau plastik akan menghalangi sinar
matahari.
Masalah Vitamin D di
Indonesia
Penelitian
vitamin D tidak begitu banyak dilakukan di Indonesia, hal ini karena sinar
matahari di negara kita berlimpah.
Tetapi, survei terbaru di Indonesia yang dilakukan oleh SEANUTS (survei
gizi asia tenggara) tahun 2012 (Minarto, 2012) menunjukkan prevalensi
defisiensi vitamin D (vitamin D deficiency berdasarkan 25 (OH) D < 50 nmol/l)
pada anak usia 2- 5 tahun adalah 39,0% di perkotaan dan 43,8% di pedesaan. Pada anak sekolah usia 5-12 tahun prevalensi
defisiensi vitamin D sedikit lebih tinggi, yaitu 45,2% di perkotaan dan 45,4
persen di pedesaan. Ini berarti hampir
separuh anak kita mengalami kekurangan vitamin D.
Kebutuhan Vitamin D
Kebutuhan
vitamin D seseorang bervariasi antara 5-15 mikrogram menurut kelompok umur dan
jenis kelamin yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Kelompok umur
|
Berat Badan
(kg)
|
Tinggi Badan
(cm)
|
Vitamin D
mg/hari
|
Bayi/Anak
|
|||
0 – 6 bln
|
6
|
61
|
5
|
7 – 11 bln
|
9
|
71
|
5
|
1-3 thn
|
13
|
91
|
5
|
4-6 thn
|
19
|
112
|
5
|
7-9 thn
|
27
|
130
|
5
|
Pria
(thn)
|
|||
10-12
|
34
|
142
|
5
|
13-15
|
46
|
158
|
5
|
16-18
|
56
|
166
|
5
|
19-29
|
60
|
168
|
5
|
30-49
|
62
|
168
|
5
|
50-64
|
62
|
168
|
10
|
65-80
|
60
|
168
|
15
|
80+
|
58
|
168
|
15
|
Wanita
(thn)
|
|||
10-12
|
36
|
145
|
5
|
13-15
|
46
|
155
|
5
|
16-18
|
50
|
157
|
5
|
19-29
|
54
|
159
|
5
|
30-49
|
55
|
159
|
5
|
50-64
|
55
|
159
|
10
|
65-80
|
54
|
159
|
15
|
80+
|
53
|
159
|
15
|
Hamil
|
|||
Timester
1
|
5
|
||
Trimester
2
|
5
|
||
Trimester
3
|
5
|
||
Menyusui
|
|||
0-6
bulan
|
5
|
||
7-12
bulan
|
5
|
Sumber : Sulaeman A, et. al. (2012).
Sumber
Vitamin D
Sumber utama vitamin D dalam makanan adalah ikan salmon,
ikan mackerel, minyak ikan, susu, sterol aktif, sedikit pada mentega, hati,
kuning telur. Makanan berupa susu dan
produk olahannya yang difortifikasi dengan vitamin D biasanya juga menjadi
sumber utama vitamin D.
Erdman Jr JW, Ian A.
Macdonald IA, and Zeisel SH. 2012.
Present Knowledge in Nutrition. Tenth
Edition. Iowa : International Life
Sciences Institute-Wiley-Blackwell.
Minarto. 2012. Perkembangan
Masalah Gizimikro dan upaya perbaikannya.
Bahan Presentasi Pertemuan Satelit WNPG X 2012, Kartika Chandra 19
Nopember 2012, Jakarta.
Sulaeman A, Setiawan B,
Permaesih D, Apriantini A, dan Afriansyah N. Angka Kecukupan Vitamin. Bahan Presentasi WNPG 2012. Jakarta.
Thompson J and Manore
M. 2011. Nutrition : an applied approach. 3rd ed. Boston : Benjamin Cummings.
No comments:
Post a Comment