Sistem saraf dibangun oleh sel-sel
saraf.
Sebagian besar fungsi pengaturan tubuh kita dilakukan oleh sistem syaraf
bersama-sama dengan sistem endokrin.
Dalam sistem syaraf ada sel syaraf yang juga dikenal dengan neuron.Sel
neuron saling berhubungan satu dengan lainnya membentuk sinaps. Melalui sistem
inilah informasi/sinyal dapat dikirimkan.
Untuk mendukung kinerja menyampaikan sinyal ke sel lainnya, sel neuron
membentuk sebuah juluran-juluran sitoplasma yang disebut dendrit. Dendrit
inilah yang menjadi perantara bagi pergerakan sinyal dari organ reseptor ke
pusat pengolahan saraf. Jika simpul ini hilang atau rusak, seseorang akan
mengalami kepikunan (jika terjadi di otak), atau mati rasa (jika terjadi di
bagian organ lain). Karena itu
pembentukan neuron sangat penting agar fungsi pengaturan tubuh dapat berjalan
normal. Ada
sekitar 100 miliar neuron di otak. Setiap
neuron dapat terhubung dengan sekitar 1000 lainnya. Pembentukan neuron atau neurogenesis secara
normal terjadi pada masa kanak-kanak.
Tetapi apakah pada masa dewasa masih terjadi neurogenesis?. Neurogenesis pada orang dewasa pada awalnya
dianggap tidak mungkin terjadi, tetapi kini penelitian membuktikan neurogenesis
memungkinkan terjadi pada orang dewasa, tulis Sigelman dan Rider(2012) dalam
bukunya Life-Span Human Development,
Seventh Edition. Dijelaskan dalam
buku ini, seorang Terry Wall yang mengalami cedera akibat kecelakaan pada usia
19 tahun dan mengalami kesadaran minimal (koma) selama sekitar 20 tahun. Dokter mengatakan penyembuhannya tidak
mungkin terjadi, tetapi suatu hari dia bangun dan mulai bicara. Walaupun dia masih mengalami kecacatan
akbibat kecelakaan, dia dapat memfungsikan kembali beberapa fungsi tubuh dan
dapat berkomunikasi. Dokter mengatakan
keajaiban tersebut terjadi karena pembentukan neuron baru dan hubungannya
(sinaps) di otak. Kisah ini menunjukkan
bahwa neurogenesis dapat terjadi pada orang dewasa.
Fred Gage dan rekannya
mempelajari efek olahraga terhadap aktivitas otak pada orang dewasa. Orang dewasa diberi tugas pembelajaran
(learning) sebelum dan setelah menyelesaikan program latihan olahraga selama 3
bulan. Ternyata pembelajaran lebih baik
setelah mengikuti latihan olahraga.
Peneliti tentu saja tidak dapat mempelajari jaringan otak setelah
responden berolahraga seperti halnya yang lazim dilakukan pada tikus. Mereka mengamati volume darah di otak, dan
menemukan bahwa volume darah hampir dua kali lipat didalam hippocampus (bagian
dari otak yang terlibat dalam pembelajaran dan memori) setelah berolahraga (lihat gambar 1). Peningkatan volume darah ini rupanya
berhubungan dengan produksi neuron-neuron baru.
Keadaan ini menunjukkan bahwa otak mengalami neurogenesis di sepanjang
kehidupan manusia. Dan perubahan ini
merupakan respon terhadap latihan fisik dan mental. Latihan tersebut dapat meregenerasi beberapa
fungsi setelah mengalami cedera, yang merupakan peluang untuk memberi terapi
pada pasien yang mengalami penyakit degeneratif, seperti Parkinson dan
Alzheimer.
Karena itu agar kita selalu
bugar dan sel-sel otak kita selalu berkembang maka olahraga teratur menjadi
pilihan yang tak terelakkan.
Gambar 1. Dengan menggunakan teknologi magnetic resonance imaging
(MRI) yang memetakan volume darah cerebral, peneliti menemukan peningkatan
volume darah di daerah hippocampus setelah olahraga (gambar sebelah kanan yang berwarna hijau-kuning). Hal ini menunjukkan otak
mampu melakukan neurogenesis.
Bahan Bacaan :
Sigelman CK and Rider EA.
2012. Life-Span Human Development. Seventh Edition. Belmont : Wadsworth Cengage Learning.
1 comment:
terima kasih pa, luar biasa tulisannya
Post a Comment