Laman

Saturday, March 9, 2013

Penyakit akibat kebiasaan makan yang buruk



Hadi Riyadi         
        Dapatkah makanan kita mempengaruhi resiko berkembangnya penyakit? Jawabannya tergantung pada jenis penyakitnya. Dua jenis penyakit yang banyak diderita orang diseluruh dunia adalah penyakit infeksi dan penyakit kronis (degeneratif).  Penyakit infeksi seperti tuberkolosa,penyakit hati, pnemonia, dan diare merupakan merupakan penyakit yang banyak diderita oleh penduduk Indonesia.  Penyakit-penyakit ini dapat menurunkan umur harapan hidup orang Indonesia. Adanya vaksin dan antibiotik jauh mengurangi insiden penyakit-penyakit tersebut dibandingkan dengan keadaan-keadaan sebelumnya.  Saat ini kita dihadapkan pada munculnya penyakit infeksi baru, yaitu H1N1 yang pada awalnya dikenal dengan flu burung dan AIDS serta adanya resistensi tuberkolosa dan penyakit yang bersumber dari makanan (seperti tifoid dan diare) yang resinten (kebal) terhadap obat antibiotik.  Meskipun ilmuwan sudah bekerja keras untuk mengembangkan obat-obatan baru, pemerintah tetap harus memperkuat sistem respon kedaruratan dan melindungi makanan dan suplai air bersih agar masyarakat terhindar dari resiko serangan penyakit tersebut.
      Setiap orang juga dapat melindungi dirinya sendiri.  Setiap orang dapat melawan jutaan mikroba setiap hari yang sebagiannya merupakan penyebab penyakit.  Meskipun gizi tidak dapat secara langsung mencegah atau mengobati penyakit, gizi dapat memperkuat atau memperlemah sistem pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.  Gizi yang baik dapat membantu memperkuat pertahanan tubuh, sebaliknya gizi yang buruk dapat memperlemah pertahanan tubuh melawan penyakit.
      Tanpa kita sadari, sistem imun (kekebalan) tubuh secara terus menerus melawan ribuan serangan mikroorganisme dan sel kanker.  Jika sistem imun tubuh menurun, maka tubuh mudah diserang penyakit.  Sistem imun tubuh yang bergizi baik memberikan perlindungan terbaik karena alasan berikut :
1.      Asupan berbagai vitamin dan mineral yang defisien berkaitan dengan gangguan resistensi penyakit.
2.                  Jaringan imun merupakan yang pertama kali diganggu apabila terjadi kekurangan gizi.
3.                  Beberapa defisiensi gizi dalam waktu singkat sangat berbahaya bagi imunitas dibandingkan dengan hal lainnya.  Kecepatan dampaknya dipengaruhi oleh apakah zat-zat gizi lain dapat melakukan tugas-tugas metabolik dengan adanya defisiensi zat gizi tertentu, seberapa berat defisiensi gizinya, dan apakah infeksi sudah muncul, serta umur seseorang.
      Pada saat ini dikenal istilah immunonutrition (gizi imun) yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh zat-zat gizi terhadap fungsi sistem imun, khususnya berkenaan dengan terapi gizi medik.  Defisiensi atau toksisitas zat-zat gizi berikut ini dapat mengganggu imunitas, yaitu protein, energi, vitamin A, vitamin E, vitamin D, vitamin C, vitamin B, folat, besi, seng,copper,dan magnesium.  Defisiensi atau toksisitas hanya salah satu zat gizi dapat memperlemah sistem imun.  Sebagai contoh, defisiensi vitamin A memperlemah membran saluran cerna dan kulit tubuh. Defisiensi vitamin C memperlemah daya bunuh sel darah putih.  Terlalu rendah vitamin E dapat mengganggu imunitas, terutama melalui perannya sebagai antioksidan. Kekurangan seng (Zn) mengganggu imunitas melalui penurunan jumlah sel darah putih, dan kelebihan seng (Zn) mngganggu respon imun. Menu makanan yang seimbang dapat mendukung pertahanan sistem imun.
      Apabila orang mengalami kekurangan gizi, maka selanjutnya kekurangan gizi tersebut akan memperburuk keadaan penyakit, dan sebaliknya penyakit tersebut akan memperburuk keadaan kurang gizi.
            Kelebihan gizi ternyata juga diketahui berhubungan erat (atau merupakan faktor resiko) dengan munculnya penyakit- penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, kanker.  Penderita penyakit degeneratif ini di Indonesia semakin banyak.  Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, urutan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah misalnya, semakin meningkat dan semakin mendominasi penyebab kematian.  Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat dan perubahan gaya hidup dan konsumsi makanan.

            Gambar berikut ini menjelaskan beberapa masalah kesehaan yang erat kaitannya dengan kebiasaan makan yang buruk (Byrd-Bredbenner,et. al.,  2009).
Bahan Pustaka


Byrd-Bredbenner C, Beshgetoor D, Moe G, and Berning J.  2009.  Wardlaw's perspectives in nutrition.  Eighth edition.   New York :  McGrawHill.

No comments: