Laman

Wednesday, October 15, 2014

Keadaan gizi dan gangguan kesehatan

           Dapatkah makanan kita mempengaruhi resiko berkembangnya penyakit? Jawabannya tergantung pada jenis penyakitnya. Dua jenis penyakit yang banyak diderita orang diseluruh dunia adalah penyakit infeksi dan penyakit tidak menular kronis (degeneratif).  Penyakit infeksi seperti tuberkolosa, penyakit hati, pnemonia, dan diare merupakan merupakan penyakit yang banyak diderita oleh penduduk Indonesia.  Penyakit-penyakit ini dapat menurunkan umur harapan hidup orang Indonesia. Adanya vaksin dan antibiotik jauh mengurangi insiden penyakit-penyakit tersebut dibandingkan dengan keadaan-keadaan sebelumnya.  Saat ini kita dihadapkan pada munculnya penyakit infeksi baru, yaitu H1N1 yang pada awalnya dikenal dengan flu burung, Ebola, MERS dan AIDS serta adanya resistensi tuberkolosa dan penyakit yang bersumber dari makanan (seperti tifoid dan diare) yang resinten (kebal) terhadap obat antibiotik.  Meskipun ilmuwan sudah bekerja keras untuk mengembangkan obat-obatan baru, pemerintah tetap harus memperkuat sistem respon kedaruratan dan melindungi makanan dan suplai air bersih agar masyarakat terhindar dari resiko serangan penyakit tersebut.
            Setiap orang juga dapat melindungi dirinya sendiri.  Setiap orang dapat melawan jutaan mikroba setiap hari yang sebagiannya merupakan penyebab penyakit.  Meskipun gizi tidak dapat secara langsung mencegah atau mengobati penyakit, gizi dapat memperkuat atau memperlemah sistem pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.  Gizi yang baik dapat membantu memperkuat pertahanan tubuh, sebaliknya gizi yang buruk dapat memperlemah pertahanan tubuh melawan penyakit.
            Tanpa kita sadari, sistem imun (kekebalan) tubuh secara terus menerus melawan ribuan serangan mikroorganisme dan sel kanker.  Jika sistem imun tubuh menurun, maka tubuh mudah diserang penyakit.  Sistem imun tubuh yang bergizi baik memberikan perlindungan terbaik karena alasan berikut :
1.      Asupan berbagai vitamin dan mineral yang defisien berkaitan dengan gangguan resistensi penyakit.
2.      Jaringan imun merupakan yang pertama kali diganggu apabila terjadi kekurangan gizi.
3.      Beberapa defisiensi gizi dalam waktu singkat sangat berbahaya bagi imunitas dibandingkan dengan hal lainnya.  Kecepatan dampaknya dipengaruhi oleh apakah zat-zat gizi lain dapat melakukan tugas-tugas metabolik dengan adanya defisiensi zat gizi tertentu, seberapa berat defisiensi gizinya, dan apakah infeksi sudah muncul, serta umur seseorang.
            Pada saat ini dikenal istilah immunonutrition (gizi imun) yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh zat-zat gizi terhadap fungsi sistem imun, khususnya berkenaan dengan terapi gizi medik.  Defisiensi atau toksisitas zat-zat gizi berikut ini dapat mengganggu imunitas, yaitu protein, energi, vitamin A, vitamin E, vitamin D, vitamin C, vitamin B, folat, besi, seng,copper,dan magnesium.  Defisiensi atau toksisitas hanya salah satu zat gizi dapat memperlemah sistem imun.  Sebagai contoh, defisiensi vitamin A memperlemah membran saluran cerna dan kulit tubuh. Defisiensi vitamin C memperlemah daya bunuh sel darah putih.  Terlalu rendah vitamin E dapat mengganggu imunitas, terutama melalui perannya sebagai antioksidan. Kekurangan seng (Zn) mengganggu imunitas melalui penurunan jumlah sel darah putih, dan kelebihan seng (Zn) mengganggu respon imun. Menu makanan yang seimbang dapat mendukung pertahanan sistem imun.
            Apabila orang mengalami kekurangan gizi, maka selanjutnya kekurangan gizi tersebut akan memperburuk keadaan penyakit, dan sebaliknya penyakit tersebut akan memperburuk keadaan kurang gizi.
            Apakah gangguan gizi hanya akibat kekurangan gizi?  Tentu saja tidak.  Gangguan gizi dapat pula diakibatkan karena kelebihan gizi, misalnya obesitas (kegemukan).  Penyakit akibat kelebihan gizi banyak terdapat di negara-negara yang sudah maju; di daerah perkotaan di Indonesia juga masih banyak dijumpai masalah ini, terutama pada masyarakat berpenghasilan tinggi.
            Kelebihan gizi ternyata juga diketahui berhubungan erat (atau merupakan faktor resiko) dengan munculnya penyakit- penyakit degeneratif (penyakit tidak menular kronis), seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes, kanker.  Penderita penyakit degeneratif ini di Indonesia semakin banyak.  Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2014) menunjukkan penyakit  tidak menular kronis semakin meningkat dan semakin mendominasi penyebab kematian.  Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat dan perubahan gaya hidup dan konsumsi makanan.
            Konsekuensi kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai keadaan gizi disajikan pada tabel dibawah ini.
Keadaan Gizi
Konsekuensi kesehatan, Outcome
Gizi optimum
Seseorang yang tahan pangan dengan menu ang cukup, seimbang, dan bijaksana
Sehat, afiat, perkembangan normal, mutu hidup tinggi
Kurang gizi (Undernutrition): lapar
Seseorang yang rawan pangan yang hidup dalam kemiskinan, ketidaktahuan (pendidikan rendah), lingkungan politik yang tidak stabil, masyarakat yang kacau, peperangan
• Penurunan perkembanan fisik dan mental
• Pnurunan sistem kekebalan tubuh
• Peningkatan penyakit infeksi
• Lingkaran setan kurang gizi, gangguan tumbuh kembang, kemiskinan
Kelebihan gizi (Overnutrition)
Asupan makanan yang berlebihan, khususnya zat gizi makro, ditambah dengan keadaan:
• kurang aktivitas fisik
• merokok, stres, minum minuman alkohol
Obesitas, sindrom metabolik, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, kanker: penyakit tidak menular kronis, yang seringkali dicirikan oleh kelebihan gizi makro dan kekurangan gizi mikro
Gizi salah (Malnutrition)
Transisi gizi: Individu atau masyarakat yang sebelumnya mengalami rawan pangan → kemudian dihadapkan dengan keberlimpahan makanan yang enak-enak → Beberapa orang mengalami kekurangan gizi atau kelaparan (undernourished), sebagian yang lainnya terlalu banyak zat gizi makro dan terlalu sedikit zat gizi mikro
Beban ganda masalah penyakit infeksi dan penyakit tidak menular kronis, yang seringkali dicirikan oleh kelebihan gizi makro dan kekurangan gizi mikro
Sumber : Gibney, et al., (2009).  Introduction to Human Nutrition, second edition. Wiley-Blackwell.



No comments: