Laman

Monday, October 31, 2016

Daftar Komposisi Zat Gizi Suplemen Makanan Australia

Pangkalan data zat gizi suplemen makanan ini berisi kandungan zat gizi dari 2163 jenis suplemen makanan.  Banyak dari suplemen makanan ini juga beredar di Indonesia, hal ini karena industrinya yang kemungkinan besar juga sama.  Saya pikir kalau merk dan perusahaan industrinya sama, maka daftar kandungan gizinya juga dapat digunakan di Indonesia.

                Banyak penelitian menunjukkan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini mengonsumsi suplemen dalam kehidupan sehari-hari.  Sebagai konsumen selayaknya mereka mengetahui apa kandungan zat gizi dan berapa jumlahnya dalam suplemen yang mereka konsumsi.  Oleh karena itu saya berharap dimasa mendatang Badan POM Indonesia juga kreatif membuat daftar seperti ini (atau sudah ada ya), dan tentu saja datanya tersedia untuk konsumen.
Silakan unduh disini

Sunday, October 30, 2016

Daftar Komposisi Pangan Australia Update 27 April 2016

Daftar komposisi zat gizi pangan Australia berisi kandungan zat gizi dari 5740 jenis pangan (makanan dan minuman) dan mengandung 53 jenis zat gizi.  Daftar komposisi pangan ini terakhir di update pada tanggal 27 April 2016 dengan memasukkan kandungan gula tambahan dan gula bebas dalam pangan.

File (disini file Excel) daftar komposisi pangan ini menyajikan kandungan zat gizi dalam 100 gram bahan yang dapat dimakan (bdd).
Kelimapuluh tiga zat gizi tersebut adalah energi (dengan dan tanpa energi dari serat makanan), kadar air, protein, lemak total, karbohidrat tersedia (dengan dan tanpa gula alkohol), gula total, gula yang ditambahkan, gula bebas, pati, serat makanan, alkohol,  kadar abu, asam lemak jenuh, asam lemak tidak-jenuh tunggal total ,  asam lemak tidak-jenuh poli total, lemak trans total, omega-3 rantai panjang total, lenoleat, alfa-lenolenat, eicosapentaenoat, docosapentaenoat, docosahexaenoat, vitamin A (sebagai retinol equivalents), preformed vitamin A (retinol), pro vitamin A (beta-carotene equivalent), beta-carotene, thiamin, riboflavin, preformed niacin, niacin equivalent, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, alpha tocopherol, vitamin E, natural folates, folic acid, total folates, ekivalen folat makanan (dietary folate equivalents), calcium, iodine, iron, magnesium, phosphorus, potassium, selenium, sodium and zinc,  caffeine, cholesterol and tryptophan.
Sumber data zat gizi
Hasil analisis – nilai-nilai zat gizi terutama berasal dari data analisis pangan Australia yang dipublikasi dalam NUTTAB 2010 (FSANZ, 2011) atau data hasil analisis yang tidak dipublikasi dari Badan Standar Pangan Australia dan New Zealand atau diberikan oleh industri pangan.
Resep – nilai zat gizi diturunkan dengan menggunakanpendekatan perhitungan dari komposisi resep masakan.
Imputed (pendekatan pangan sejenis)– nilai-nilai zat gizi sebagian besar didasarkan pada makanan atau minuman yang sama dengan sedikit perubahan.
Data label – Kebanyakan data zat gizi diturunkan dari informasi yang terdapat pada label atau website pangan Australia.
Borrowed (meminjam dari DKBM lain)– data zat gizi terutama diturunkan dari data yang dipublikasi pada tabel atau elektronik komposisi pangan internasional  (misal dari Amerika Serikat).
Kalau tertarik bisa diunduh disini.

Wednesday, October 26, 2016

Daftar Komposisi Bahan Makanan Amerika Terbaru (Mei 2016)

         Pada bulan Mei 2016 Departemen Pertanian Amerika Serikat telah memperbaharui DKBM-nya.  Saya mencoba mengumpulkannya.  DKBM versi terbaru disini dalam format Excel dan juga ada buku petunjuknya.  Saya juga menyertakan DKBM versi 2002 dalam format pdf.

         Saya pikir daftar komposisi pangan yang paling lengkap adalah DKBM Amerika Serikat.  Bayangkan. Dalam DKBM-nya ada 8790 jenis makanan dan 46 jenis komponen zat gizi yang disajikan, meskipun tidak semua jenis makanan mengandung kesemua jenis zat gizi tersebut.  Kalau DKBM Indonesia jauh dibawah seribu jenis.  Kerja keras dan upaya konsisten setiap saat yang dilakukan untuk pengembangan DKBM ini perlu dicontoh, terutama karena seringkali terjadi perubahan komposisi resep masakan atau pengembangannya di berbagai restoran.
Silakan unduh disini

Sunday, October 23, 2016

Konsep Gizi Berkelanjutan (Sustainable Nutrition)

Pada beberapa kesempatan berdiskusi banyak yang bertanya-tanya, apa itu gizi berkelanjutan (Sustainable Nutrition) ?.  Apakah ini berarti program gizi yang berjalan secara berkelanjutan, atau bentuk baru pembangunan berkelanjutan ?.  Agar tahu jawabannya tidak ada salahnya membaca tulisan ini, karena selanjutnya akan dijelaskan arti gizi berkelanjutan tersebut.
                   Gambar.  Konsep Gizi berkelanjutan dengan lima dimenasinya (Koerber et al., 2016)
            Pada awal kehidupan manusia, gizi (pangan) -- termasuk mengumpulkan pangan, memburu,bertani, dan memasak – merupakan bagian penting dari peradaban  kehidupan sehari-hari.  Tetapi menusia moderen saat ini kurang memberikan perhatian penting terhadap produksi pangan dan budaya makan.  Saat ini manusia terlalu sibuk sehingga waktunya sangat terbatas untuk mempersiapkan makanan, sehingga pada umumnya dipilih makanan siap santap.
            Gizi berkelanjutan (“Sustainable Nutrition”) merupakan konsep yang mempertimbangkan segala aspek yang berhubungan dengan pangan, yang melebihi  aspek kesehatan individu.  Konsep ini dikembangkan oleh Karl von Koerber et al. pada tahun 1980an di Universitas Giessen, Jerman, yang pada awalnya dinamakan “Wholesome Nutrition”. Konsep diet-nya sebagian besar didasarkan pada pangan nabati dengan proses pengolahan pangan seminimal mungkin, dan apabila diperlukan dapat juga dikonsumsi sedkit pangan hewani. Kelompok pangannya berpusat pada sayuran, buah-buahan, produk padi-padian utuh, kentang, polong-polongan dan produk susu.  Minyak nabati, kacang-kacangan, tanaman dan buah berminyak juga penting tetapi harus dikonsumsi srcukupnya.  Jika diinginkan dapat juga dikonsumsi sedikit daging, ikan, dan telur.  Konsep ini memasukkan lima dimensi dengan bobot yang sama penting, yaitu kesehatan, lingkungan, ekonomi, masyarakat, dan budaya.
            Gizi berkelanjutan didasarkan pada pemikiran holistik dan mempertimbangkan interaksi multidimensi pada rantai suplai pangan di setiap tahapan, mulai dari input produksi dan produksi primer sampai pengolahan, distribusi, penyiapan, konsumsi, dan pembuangan bahan sisa. Ini merupakan alat komunikasi yang efektif yang membantu menempatkan pengetahuan ilmiah ke dalam praktek.  Oleh karena ini konsep gizi berkelanjutan harus menganalisis setiap rantai pangan tersebut secara holistik.
            Konsep yang didasarkan pada pemikiran holistik ini berpotensi untuk mengurangi tantangan global di bidang gizi, yang diperkuat kembali oleh kebiasaan makan kita.  Contoh-contoh tantangan global yang terkait dengan gizi adalah perubahan iklim, suplai energi dan peningkatan harga energi, degradasi lahan, musnahnya keanekaragaman hayati, permasalahan pemeliharaan ternak dan makanan ternak, polusi udara, air dan tanah.  Bagi negara berkembang tantangannya yang terus dihadapi adalah kelaparan, kerawanan pangan, kelangkaan air, kemiskinan, dan keadaan ekonomi yang tidak adil.  Dengan menerapkan konsep gizi berkelanjutan maka sedikit demi sedikit berbagai tantangan tersebut dapat diatasi.
Tujuh prinsip Gizi Berkelanjutan :
1.                              1.     Preferensi pada pangan nabati
2.     Pangan organik
3.     Produk regional dan musiman
4.     Preferensi pada pangan yang diproses sangat minimal
5.     Produk yang diperdagangkan secara adil
6.     Rumahtangga yang menghemat sumberdaya
7.     Budaya makan yang dinikmati.
            Dengan menerapkan tujuh prinsip dan dianalisis dari lima aspek (lingkungan, kesehatan, ekonomi, masyarakat atau sosial, dan budaya), maka jelas gizi berkelanjutan ini akan berdampak positif terhadap pembangunan berkelanjutan.  Misalkan analisis pada prinsip pertama (Preferensi pada pangan nabati), dengan mengonsumsi pangan nabati maka akan mengurangi konsumsi pangan hewani (seperti daging), sehingga dipandang dari aspek ekologi (lingkungan) akan mengurangi emisi gas rumahkaca.  Dipandang dari aspek masyarakat, maka aspeknya sangat penting karena akan mengurangi kehilangan transformasi pangan akibat berkurangnya konflik antara pengunaan lahan pangan dengan lahan peternakan.  Saat ini lahan peternakan ruminansia menguasai 70 persen lahan pertanian.  Dari aspek kesehatan, konsumsi pangan nabati akan meningkatkan asupan karbohidrat kompleks, dan menurunkan asupan lemak, asam lemak jenuh, kolesterol dan purin.  Begitu pula vitamin, mineral, serat dan fitonutrien lebih tinggi pada pangan nabati dibanding pangan hewani.  Kesemuanya akan meningkatkan kesehatan masyarakat, hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa vegetarian lebih sehat dibanding pemakan daging.  Dianalisis dari aspek ekonomi, produksi pangan hewani membutuhkan sumberdaya keuangan yang lebih besar, karena biaya input lebih tinggi (kebutuhan energi, pupuk, jam kerja yang lebih tinggi).  Sehingga pengeluaran untuk pangan juga menurun sejalan dengan penurunan konsumsi daging dan produk susu.  Dari aspek budaya, hanya sekitar 60 tahun yang lalu daging mejadi sesuatu yang spesial, biasanya hanya dikonsumsi seminggu sekali.  Pada saat ini konsumsi daging sangat tnggi  melebihi keadaan normal, terutama pada laki-laki.  Namun dengan pengalaman rasa baru, makanan vegetarian juga secara kreatif mampu dirubah menyamai rasa pangan hewani.
            Analisis seperti itulah yang dapat dilakukan untuk masing-masing prinsip pada 7 (tujuh) prinsip gizi berkelanjutan. Dengan demikian tampaklah bawa gizi berkelanjutan mempromosikan tujuan yang berbeda pada lima dimensi, yaitu perlindungan terhadap kesehatan; hubungan ekonomi yang adil; keadilan sosial; lahan yang sehat, air dan udara bersih; budaya makan yang dapat dinikmati.

Pustaka :
Koerber K V, Bader N, Leitzmann C.  2016.  Wholesome Nutrition: an example for a sustainable diet.  Symposium: Sustainable Diet II: Sustainable food consumption.  Proceedings of the Nutrition Society, Page 1 of 8.


Saturday, October 22, 2016

Tabel Kandungan Flavonoid, Isoflavon dan Proantosianidin terbaru (2015)

          Departemen Pertanian Amerika Serikat sudah meluncurkan tabel kandungan flavonoid pangan sejak tahun 2003 dengan data awal 225 jenis pangan, dan pada tahun-tahun berikutnya data ini selalu diperbaharui, sehingga lahirlah tabel kandungan flavonoid terbaru pada akhir tahun 2015 yang lalu. Tabel komposisinya dibagi dalam 3 buah buku.  Bagi yang tertarik bisa unduh disini.  https://drive.google.com/drive/folders/0B1_QTZyZlRoDS2ZfR2dOeU9YRWs?usp=sharing


          Mengapa Tabel Kandungan Flavonoid ini penting? Tentu saja penting. Pada saat ini masyarakat ilmiah semakin tertarik dengan jenis dan kadar flavonoid dalam pangan, hal ini karena banyak penelitian menunjukkan efek yang bermanfaat dari flavonoid bagi kesehatan.  Flavonoid, terutama flavan-3-ol dan dan proantosianidin, terbukti dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dengan mengatur berbagai mekanisme pencegahan primer dan sekunder.  Antosianidin juga melindungi oksidasi kolesterol LDL melalui aktivitas antioksidannya yang tinggi.
          Meskipun dukungan terhadap efek pencegahan flavonoid terhadap kanker secara keseluruhan masih terbatas dan kadang-kadang masih terjadi pertentangan, namun efeknya cukup protektif terhadap kanker pada jenis organ-organ tertentu.  Misalkan Lam et al., (2010)  mengamati adanya hubungan terbalik antara asupan pangan kaya quercetin dan kanker paru pada penelitian di Italia, sedangkan Ekström et al., (2011) mengamati asupan quercetin yang tinggi dapat melindungi terhadap kanker lambung oada populasi di Swedia.. A large volume of analytical data on

Subklas flavonoid  dan senyawa yang dianalisis
          Pangkalan data ini berisi kandungan flavonoid lebih dari 500 jenis pangan dan 26 jenis flavonoid makanan utama dari 5 subklas flavonoid :
  1. FLAVONOLS: Isorhamnetin, Kaempferol, Myricetin, Quercetin
  2. FLAVONES: Apigenin, Luteolin
  3. FLAVANONES: Eriodictyol, Hesperetin, Naringenin
  4. FLAVAN-3-OLS: (+)-Catechin, (+)-Gallocatechin, (-)-Epicatechin, (-)- Epigallocatechin, (-)-Epicatechin 3-gallate, (-)-Epigallocatechin 3-gallate (Figure 4), Theaflavin, Theaflavin 3-gallate, Theaflavin 3’-gallate, Theaflavin3,3’-digallate, Thearubigins
  5. ANTHOCYANIDINS: Cyanidin, Delphinidin, Malvidin, Pelargonidin, Peonidin,Petunidin



          Data ini tidak hanya hasil penelitian di Amerika saja, melainkan juga mengutip dan memasukkan data dari penelitian di 50 negara lain (ada “borrowing” juga).  Saat ini hampir semua negara melakukan “borrowing” untuk melengkapi Daftar Komposisi Bahan Pangannya, hal ini karena pangan sudah semakin mengglobal. (Hadi Riyadi).

Friday, October 21, 2016

Mengenal Antropologi Gizi

                Tidak semua orang mengenal istilah antropologi gizi.  Kalau antropologi budaya atau antropologi biologi sudah banyak diketahui oleh masyarakat.  Tapi antropologi gizi, belum mendapat banyak perhatian. Padahal ilmu antropologi gizi sangat menarik.   Antropologi gizi pada dasarnya menggunakan paradigma biokultural untuk menguji bagaimana aksi dan struktur sosial berinteraksi dengan sistem biologi dan ekologi untuk menentukan ketersediaan pangan, distribusi, penggunaan pangan, dan keadaan gizi.  Pertanyaan penting dalam antropologi gizi adalah bagaimana diet mempengaruhi evolusi perkembangan Homo sapiens, penggunaan pangan lintas-budaya, hubungan antara kondisi lingkungan, pengadaan pangan dan gizi; bagaimana variasi biologi dan budaya manusia mempengaruhi praktek makan dan kesehatan; dan bagaimana penggunaan pangan dan gizi berinteraksi dengan parasit, infeksi dan penyakit kronis.

                 Antropologi gizi secara tradisional didefinisikan sebagai kombinasi paradigma biologi dan kultural, yang secara bersama-sama menentukan pilihan pangan, konsumsi pangan, dan keadaan gizi.   Antropologi gizi biologi, yang teorinya berakar pada ilmu gizi, epidemiologi dan kedokteran, memfokuskan diri pada parameter kesehatan dan konsekuensi perolehan pangan, pengolahan, dan penyatuan fisik pada level konsep individu, populasi, dan spesies.  Hal yang menjadi perhatian adalah outcome biologi dari kesehatan fisiologi dasar dan gizi keseluruhan sebagai hasil dari  proses evolusi, kondisi lingkungan, praktek pertanian, teknik pengolahan pangan, interaksi yang ditentukan secara budaya dengan pembatas kesehatan dan sumberdaya, dan kapasitas individu untuk menyerap dan menggunakan zat-zat gizi tertentu. Antropologi gizi biologi pada umumnya ditopang dan ditenagai oleh kerangka epidemiologi, kesehatan atau evolusioner.
                Antropologi pangan atau makanan melekat didalam antropologi. Pangan paling sering diperlakukan sebagai penanda materi untuk proses-proses budaya lain, seperti gender, hubungan pertukaran, praktek ritual yang berkaitan dengan umur seseorang, dan parameter klas dan etnis.  Pangan dalam konteks ini menjadi sesuatu yang bermakna dalam sajian budaya materi untuk melukiskan pola dan kekuatan budaya yang lebih luas.  Pangan juga diperlakukan sebagai unsur arti, dan juga sebagai metafor untuk pola budaya, atau sebagai bagian dari sistem persepsi yang bersandar pada budaya umum dari sifat-sifat fisik simbol-simbol internalisasi.  Pangan, proses yang menciptakannya dari bentuk hewan dan tanaman, dan juga kekuatan sosial yang menentukan penggunaannya, merupakan bidang kajian politik dan sejarah.  Pangan juga diuji sebagai sistem holistik dalam parameter sejarah dan budaya.  Pada pendekatan sosial budaya, pangan dperlakukan sebagai sistem komunikasi dan praktek yang memberikan ritual tentang makna dan mengungkapkan pola dan struktur dari aksi sosial.  Jadi sebenarnya bidang sosial budaya gizi atau ekologi pangan dan gizi merupakan bagian dari antropologi gizi menurut hemat saya.
                Pelto, Goodman, and Dufour meringkas apa yang membuat diet manusia sangat menarik perhatian dan sangat  berbeda dari diet spesies lain (Pelto, Goodman, and Dufour, 2000):
1.       Sangat omnivora;
2.       Pemasakan (perebusan, pemanggangan, penggorengan, pengukusan) dengan perisa tertentu (asin, asam, manis, pahit, dll);
3.       Karena memasak, manusia menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyiapkan dan merubah pangan dibandingkan dengan hewan lain;
4.       Mengelaborasi sistem distribusi, pembagian, dan pertukaran;
5.       Sistem larangan dan kesukaan terhadap pangan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan dan regulasi sosial melalui ideologi dan yang akhirnya mempengaruhi asupan makanan.

                Meskipun Pelto et al. mengemukakan manusia itu sangat omnivora (pemakan segala), tapi kalau diperbandingkan struktur anatomi tubuh (mulut, gigi, gerakan-gerakan, usus, cara berkeringat, dan lainnya) antara hewan herbivora dan hewan carnivora maka manusia lebih mirip dengan anatomi herbivora.  Misalkan  kalau kita perhatikan mulut manusia sangat berbeda dengan mulut anjing (carnivora).  Mulut manusia mempunyai pembukaan yang kecil, sehingga makanan yang masuk mulut haruslah dalam jumlah kecil, dan manusia harus mengunyah makanan tersebut terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam perut. Begitu pula misalnya usus kecil dan usus besar herbivora sangat panjang dan licin seperti pada manusia, sementara usus hewan carnivora pendek, lurus dan licin.  Alasan inilah salah satunya argumentasi bagi para penganut vegetarian.
                Pola budaya di suatu masyarakat membentuk pola pangan dalam arti luas di suatu masyarakat tertentu.  Bahkan hal itu sudah menjadi adat istiadat di wilayah setempat.  Hasil penelitian kami pada masyarakat adat Kampung Ciptagelar, Banten Kidul, Jawa Barat, ada kekhasan dalam penentuan jenis tanaman yang ditanam, cara penyimpanan, cara pengolahan pangan, cara memasak sampai jenis-jenis makanan yang harus disajikan pada saat ritual tertentu.  Pada saat ritual atau acara syukuran tertentu, beberapa makanan dan jajanan khas Sunda selalu dihidangkan. Hanya saja, menurut Emak Sepuh (sebutan untuk Emak Uyen, ibu dari Abah Ugi, pemimpin masyarakat adat Ciptagelar) hampir semua makanan yang disajikan saat ritual-ritual khusus atau untuk hajatan adalah dimasak sendiri oleh warga, dan hampir tidak ada makanan atau jajanan yang diperoleh dari membeli. Selain itu, di antara sekian banyak makanan yang akan disajikan, ada beberapa jenis makanan dan jajanan yang harus ada di setiap acara ritual atau pada saat acara syukuran apa pun di Kampung Ciptagelar ini.
                Makanan yang selalu harus ada di setiap ritual atau salametan antara lain adalah kue dodol. Kue dodol di Kampung Ciptagelar ini dianggap sebagai ‘Ratu Kue’ sehingga harus selalu dihadirkan di setiap acara.  Ada pun yang unik dari kue dodol di kampung ini, yaitu kue dodol yang digunakan untuk sesajen, acara hajatan, atau pun untuk ritual-ritual tertentu harus dibuat sendiri dan tidak boleh beli. Selain itu, kue dodol tersebut harus dibuat paling terakhir di antara masakan-masakan yang lain atau sebagai penutup dari sekian banyak jenis masakan yang dibuat. Beras ketan yang digunakan sebagai bahan utama dodol juga diambil dari Leuit yang terpisah dari Leuit padi. Karena terbuat dari bahan-bahan yang alami seperti beras ketan, gula merah, dan kelapa, serta dibuat di atas tungku (menggunakan ‘Rajah Bumi’) sehingga menghasilkan cita rasa yang sangat khas, enak, dan berbeda dengan cita rasa dodol yang dijual luas di pasaran atau masyarakat luar Ciptagelar.
                Selain kue dodol, ‘Congcot’ merupakan makanan yang selalu dihadirkan di setiap ritual atau acara sesajen di Kampung Ciptagelar. ‘Congcot’ hampir menyerupai nasi tumpeng akan tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Congcot disajikan lengkap dengan lauk pauk seperti ayam goreng, sayur urap daun singkong, kering tempe, bali tahu, telur rebus, dan mentimun. Yang membedakan dengan nasi tumpeng biasa adalah ukurannya yang lebih kecil dan keharusan menggunakan ayam bekakak. Ayam negeri/ ayam potong tidak boleh disajikan bersama Congcot, sebab menurut masyarakat Ciptagelar, daging ayam yang dapat digunakan untuk acara sesajen hanyalah ayam bekakak saja.
                Di samping kue dodol dan congcot, makanan yang harus ada di setiap acara ritual atau hajatan adalah buah pisang mas. Tidak ada penjelasan khusus terkait keharusan menyajikan pisang mas di setiap ritual atau acara-acara tertentu, hanya saja hal ini telah menjadi budaya masyarakat Ciptagelar sejak zaman leluhur, mengingat buah pisang mas juga tumbuh baik di kampung tersebut.
                Pada masyarakat adat Kampung Ciptagelar juga terdapat tabu atau larangan.  Bbeberapa makanan yang dianggap tabu berdasarkan adat Kampung Ciptagelar, khususnya untuk para gadis dan ibu yang hamil. Sementara itu, untuk masyarakat secara umum tidak ada makanan yang dianggap tabu selain makanan yang dilarang/diharamkan oleh agama. Sebagai contoh, beberapa jenis makanan yang dianggap tabu untuk gadis di Kampung Ciptagelar antara lain adalah pisang ambon dan nanas. Para gadis di kampung ini dilarang memakan pisang ambon dan hanya wanita yang sudah menikah/memiliki suami saja yang boleh mengonsumsi pisang ambon. Begitu pula buah nanas, para gadis di kampung ini dilarang memakan nanas sebelum ia menikah, dan jika dia hamil juga tidak dianjurkan memakan nanas. Ada pun alasan gadis dilarang memakan buah pisang ambon dan buah nanas di kampung ini tidak dijelaskan secara jelas, dan menurut penuturan Emak Alit (istri Abah Ugi) hal tersebut telah diajarkan sejak zaman karuhun/leluhur dan untuk kebaikan para gadis itu sendiri.
                Sebagaimana para gadis, ibu hamil di Kampung Ciptagelar juga memiliki tabu makanan yang harus dipatuhi agar bayi yang dilahirkan kelak selamat dan sehat. Beberapa makanan yang dianggap tabu untuk ibu hamil di Ciptagelar antara lain ikan asin, kerang (tutut), dan nanas. Ikan asin/ ikan laut dan juga tutut dianggap tabu karena dapat berdampak pada terjadinya perdarahan dan bau bayi yang anyir (amis). Sementara buah nanas dianggap dapat menyebabkan keguguran jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
                Selama makanan yang ditabukan untuk anak gadis dan ibu hamil tertentu di suatu masyarakat ada penggantinya dengan makanan lain yang juga memiliki kandungan gizi sejenis, maka tabu atau larangan terhadap pangan tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap status gizinya. Asalkan anak gadis dan ibu hamil tersebut bisa memilih jenis makanan penggantinya.  Seperti halnya orang islam yang diharamkan memakan daging babi, maka hal ini tidak akan berdampak buruk bagi gizi kita, karena kita bisa menggantinya dengan daging sapi, kambing, rusa, kerbau, dan lain-lain.
                Itulah sekilas pengenalan antropologi gizi, yang  dibahas tidak terlalu mendalam dan lengkap.  Hal ini semata-mata karena masalah teknis dan keterbatasan pengetahuan penulis.
Salam.



Minum Teh Hijau Kurang Bermanfaat Jika Dikonsumsi bersamaan dengan Makanan Kaya Zat Besi

Teh hijau telah lama diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan, karena kandungan polifenol atau flavonoid yang dikenal sebagai EGCG (epigallocatechin-3-gallate). EGCG adalah senyawa ester dari epigallocatechin dan asam gallat, dan merupakan jenis dari catechin.  EGCG memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat, sehingga banyak manfaatnya untuk melawan berbabagai penyakit, seperti kanker, HIV, radang usus, dan lain-lain.


Tapi tahukah Anda? Manfaat minum teh hijau akan berkurang kalau ketika minum dibarengi dengan makan makanan yang kaya zat besi (termasuk suplemen besi).  Besi makanan bisa bersumber dari daging, sayuran berdaun hijau gelap, atau suplemen besi yang biasa dikonsumsi sehari-hari.   Itulah kesimpulan sebuah penelitian berjudul Epigallocatechin-3-gallate inhibition of myeloperoxidase and its counter-regulation by dietary iron and lipocalin 2 in murine model of gut inflammation  yang diterbitkan dalam American Journal Pathology bulan April 2016 http://ajp.amjpathol.org/article/S0002-9440(16)00009-2/fulltext , yang dilakukan oleh Yeoh BS dan kawan-kawan yang melakukan percobaan pada model tikus yang menderita infeksi radang usus (inflammatory bowel disease).  Seperti diketahui EGCG berpotensi menghambat enzim myeloperoxidase, yaitu suatu enzim pro-inflammatory, yang dibebaskan oleh sel-sel darah putih selama mengalami peradangan.  Potensi inilah yang menyebabkan teh hijau bermanfaat bagi penderita penyakit radang usus.
Peneliti menemukan bahwa mengonsumsi teh hijau bersama-sama dengan makanan kaya besi akan mengurangi manfaat dari teh hijau.  Hal ini karena komponen utama dalah teh hijau akan berikatan besi, sehingga EGCG kehilangan kemampuan untuk menghambat enzim myeloperoxidase.  Karena proses ini manfaat dari besi juga hilang juga.  Jadi keduanya akan kehilangan potensinya.  Mekanismenya juga semakin kompleks karena EGCG juga diinaktivasi (menjadi tidak aktif) oleh protein yang terdapat pada inang (tubuh kita) yaitu lipocalin 2, yang sangat melimpah keberadaannya ketika kita mengalami peradangan.
Kalau efek negatif teh (polifenol) yang mengganggu penyerapan besi sudah lama diketahui, tetapi kali ini ditemukan efek sebaliknya.  Artinya kedua senyawa ini (EGCG dan zat besi) berinteraksi secara antagonistik, salah satu akan melemahkan yang lainya (saling melemahkan).
Nah kalau Anda ingin merasakan manfaat minum teh hijau, maka sebaiknya hindari mengonsumsi makanan kaya besi atau paling tidak memberi jeda waktu antara konsumsi keduanya.  Jadi sebenarnya manfaat teh hijau sangat tergantung pada bioavailabilitas komponen aktifnya.  Karena itu penting sekali diperhatikan bukan hanya makanan apa yang kita makan, melainkan makanan apa yang kita makan dan makanan lain apa yang kita makan bersamanya.
Selamat menikmati teh hijau.


Keadaan Pangan dan Pertanian 2016 (State of Food and Agriculture 2016)

Kali ini laporan Keadaan Pangan dan Pertanian 2016 dari Badan Pangan dan Pertanian (FAO) mengangkat tema “Climate Change, Agriculture and Food Security).  Seperti telah disadari dunia saat ini menghadapi tantangan ganda yang belum pernah dihadapi sebelumnya, yakni menghapuskan kemiskinan dan kelaparan, serta menstabilkan iklim global sebelum hal ini terlambat.  Memang agak sulit memenuhi target tujuan menghapus kemiskinan dan kelaparan menjelang tahun 2030 ditengah ancaman perubahan iklim, seperti yang tertera dalam Tujuan Agenda 2030 tentang Pembangunan Berkelanjutan dan Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim (the goals of the 2030 Agenda on Sustainable Development and the Paris Agreement on Climate Change).

Perubahan iklim mengancam ketahanan pangan global, meskipun ada variasi dampaknya terhadap pertanian dan ketahanan pangan antar negara dan wilayah.  Pengaruh perubahan iklim diantaranya adalah peningkatan suhu, cuaca ekstrim yang lebih sering, air semakin terbatas, peningkatan tinggi muka air laut, lautan yang lebih asam, degradasi lahan, kerusakan ekosistem, dan kehilangan keanekaragaman hayati.  Semua itu akan berdampak serius  terhadap kemampuan memberi makan kelompok rawan, yang pada akhirnya akan menghalangi upaya penghapusan kelaparan, kekurangan gizi  dan kemiskinan.  Mampukah kita menghadapi tantangan ini ditengah semakin membludaknya penduduk yang menghuni planet kita ini –bumi.

Untuk lebih jelasnya seperti apa situasi pangan dunia, baca aja buku yang baru terbit ini disini.

Thursday, October 20, 2016

Citarasa ke enam telah ditemukan : “starchy” (rasa pati)

Selama ini kita hanya mengenal lima citarasa, yaitu asam, manis, pahit, asin, dan umami.  Umami selama ini merupakan citarasa yang paling baru ditemukan diantara kelima citarasa tersebut, yaitu ditemukan sekitar tujuh tahun yang lalu dan sampai sekarang posisinya masih tidak berubah sebagai citarasa kelima.

Ilmuwan dari Amerika Dr. Juyun Lim dan kawan-kawan dari Department of Food Science and Technology, Oregon State University telah menemukan citarasa keenam yang berkaitan erat dengan pangan sumberkarbohidrat.  Mereka menamakannya dengan “starchy” (arti : mengandung pati; menurut hemat saya  perlu dicarikan istilah yang lebih tepat, atau mungkin rasa pati untuk bhs Indonesia).  Tim peneliti telah mempublikasikan penelitiannya di Oxford Journal : Chemical Senses bulan lalu dengan judul Humans Can Taste Glucose Oligomers Independent of the hT1R2/hT1R3 Sweet Taste Receptor http://chemse.oxfordjournals.org/content/41/9/755 .  Penemuan ini tentu saja menggegerkan dunia ilmu pengetahuan.
Selama ini sudah jamak diterima bahwa manusia dapat mengecap citarasa mono- dan disakarida sebagai senyawa manis (sweet), tetapi mereka tidak dapat mengecap citarasa polisakarida dan oligosakarida rantai lebih panjang.  Namun penelitian ini membuktikan bahwa manusia dapat mengecap citarasa ‘oligomer glukosa’ (rata-rata derajat polimerasi 7 dan 14).  Dalam penelitian yang melibatkan sekitar 100 subjek ini, apabila reseptor citarasa manis diblok dengan lactisole (dikenal sebagai inhibitor rasa manis) maka subjek penelitian tidak dapat mendeteksi rasa manis dari senyawa pemberi rasa manis seperti glukosa, maltosa, dan sukralosa (pemanis buatan), tetapi mereka dapat mendeteksi ‘oligomer glukosa’.  Hal ini menunjukkan bahwa deteksi ‘oligomer glukosa’ bebas dari reseptor citarasa manis hT1R2/hT1R3.  Manusia menggambarkan citarasa ‘oligomer glukosa’ sebagai “starchy” (‘rasa pati’), seperti halnya kita menggambarkan gula sebagai rasa manis. Orang Asia akan menyebut “starchy” seperti nasi, orang bangsa kulit putih atau orang Eropa (Kaukasus) menyebutnya seperti roti atau seperti pasta.
Penemuan ini telah menguak misteri “carb-craving” yang sangat sulit dilawan dan yang selama ini  belum banyak diketahui penyebabnya.  Selama ini selalu dikaitkan dengan gula. Nah dengan ditemukannya pangan kaya karbohidrat juga memberi citarasa keenam “starchy” maka kita tidak heran lagi mengapa orang sangat menikmati makanan kaya karbohidrat.  Kalau dinegeri kita ada istilah makan nasi sama garam, berarti paling tidak ada dua citarasa, yaitu asin dan “starchy”. Dan orang sangat menikmati makanan seperti itu, seperti halnya kita suka makan roti.
Tentu saja sebelum citarasa “starchy” ini diakui sebagai citarasa utama, ia harus memenuhi beberapa kriteria seperti diakui secara ilmiah, harus teridentifikasi reseptornya di lidah, dan pemicu respon fisiologinya yang bermanfaat.  Artinya kita harus tahu bagaimana mekanisme indera kita mendeteksi citarasa ini.  Karena itu masih diperukan banyak kajian dari ilmuwan yang tertarik mempelajari bidang flavor.
Udah dulu ya, ntar kebanyakan cerita takutnya salah.  Mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan ini, maklum masih amatiran dan memiliki pengetahuan yang terbatas.

Wednesday, October 19, 2016

Anda Migrain : Bakteri anaerob fakultatif di rongga mulut dan saluran cerna serta nitrat makanan merupakan pemicunya

Diet memainkan peranan penting dalam membentuk struktur dan fungsi mikrobiota saluran cerna. Mikroba dan produk-produk  mikroba dapat mempengaruhi berbagai aspek fisiologi inangnya.  Banyak penyakit yang berkaitan dengan keberadaan mikroba saluran cerna, salah satunya yang baru saja diteliti adalah migrain.
Banyak faktor yang menyebabkan migrain, seperti stress, diet, dan kurang tidur.  Tetapi tahukah Anda? Mikroba yang ada di rongga mulut dan saluran cerna yang dapat mengubah nitrat menjadi nitrit oksida juga dapat memicu migrain.

Penelitian menunjukkan bahwa penderita migrain memiliki tingkat bakteri di rongga mulut dan saluran cerna (bakteri anaerob fakultatif) lebih tinggi yang terlibat dalam pengolahan nitrat, yang biasanya ditemukan alam daging olahan, makanan yang diasinkan, diawetkan, dan diasap, sayuran daun, cokelat, dan minuman anggur.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa migrain dapat dipicu apabila nitrat dalam pangan dipecah secara lebih efisien, yang menyebabkan pembuluh darah di otak dan kulit kepala membesar.  Seperti diketahui nitrat dari makanan dipecah oleh bakteri di mulut dan saluran cerna dan dikonversi menjadi nitrit oksida di aliran darah. Nah senyawa nitrit oksida ini yang melebarkan pembuluh darah dan dapat membantu kesehatan jantung dengan cara meningkatkan sirkulasi darah.  Nitrat ini biasanya dipakai untuk bahan tambahan makanan (food additives) dan untuk mengobati pasien jantung merupakan pemicu sakit kepala, hal ini karena peran dari nitrit oksida.  Maka tidaklah heran apabila 4 dari 5 pasien jantung yang mengonsumsi obat mengandung nitrat untuk mengobati nyeri dada atau gagal jantung melaporkan sakit kepala yang hebat sebagai efak samping dari obat tersebut.  Jadi disatu sisi bermanfaat untuk penyakit jantung tetapi memperparah resiko migrain.
Untuk menghindari migrain maka kita harus bisa mengurangi makan makanan yang mengandung nitrat.  Mungkin ide baik juga kalau dimasa mendatang dikembangkan “pencuci mulut” probiotik yanag dapat menyeimbangkan bakteri agar dapat mencegah migrain.
http://msystems.asm.org/content/1/5/e00105-16

Tabel Kandungan Antioxidan Pangan (The Antioxidant Food Table)

Apakah kamu ingin tahu berapa kandungan antioksidan yang terkandung dalam pangan yang kamu makan? Kalau ingin tahu jawabannya ada pada Tabel yang bisa diunduh dibawah ini.


Tuesday, October 18, 2016

Pangkalan Data Produk Pangan Bermerek (USDA Branded Food Products Database)


Pada bulan lalu (16 September 2016) Departemen Pertanian Amerika Serikat telah meluncurkan pangkalan data produk Pangan Bermerek (the USDA Branded Food Products Database) yang tersedia secara gratis dan daring (dalam jaringan atau ‘online’).  Pangkalan data ini merupakan sumberdaya bagi konsumen, industri pangan, dan peneliti yang mengandung lebih dari 80.000 jenis pangan bermerek yang disiapkan dan dikemas yang tersedia di restoran dan toko.  Di bulan mendatang diharapkan data ini bisa berkembang sampai dengan 500.000 jenis produk pangan.

Ide ini sangat baik, karena kita tahu bahwa banyak sekali data yang tersedia di sektor awasta dan pemerintah yang dapat memperbaiki kesehatan dan mutu hidup jutaan penduduk.  Pangkalan data ini merupakan hasil kemitraan pemerintah, lembaga non-laba, swasta dan peneliti yang dapat membantu pengembangan inovasi ilmiah dengan membuat data terbuka yang mengubah kehidupan dan tersedia bagi orang tua, tenaga kesehatan, ilmuwan, pebisnis dan setiap orang yang tertarik.
Dengan adanya pangkalan data ini maka setiap orang akan dengan mudah mengakses informasi kandungan gizi dari pangan yang kita makan dari sebuah restoran atau makanan kemasan yang kita beli ditoko.

Data zat gizi disajikan dalam setiap 100 gram pangan dan dalam satu ukuran saji.  Berikut ini data yang saya dapatkan kalau mengonsumsi 1 potong sayap ayam KFC atau sebuah Dark Chocolate with Almonds.




Silahkan cari makanan bermerek apa yang hari ini Ada makan pada link berikut:


Sunday, October 16, 2016

Daftar Komposisi Pangan New Zealand 2015

Kementerian Kesehatan New Zealand telah merelease Daftar Komposisi Pangan Edisi ke-11 (Food Composition Table 11th Edition).  Ribuan jenis pangan disajikan dengan kandungan zat gizinya.  Ada 30-an komponen pangan yang dimuat dalam tabel ini.

Bagi yang berminat silakan download disini

Friday, October 14, 2016

Buku Nutrition and Diet Therapy

Ada link buku 'Nutrition and Diet Therapy 10th Edition' dan 'Public Health Foundations' nih nemu di google mari di download :






Gizi baik pada ibu – awal terbaik dalam kehidupan (Good Maternal Nutrition - The best start in life) - 2016

Pentingnya gizi ibu yang baik  untuk mendukung perkembangan anak sejak dini sudah diakui selama berpuluh-puluh tahun.  Ibu hamil biasanya memprioritaskan kebutuhan janin dan mengorbankan simpanan zat gizinya agar perkembangan janinnya optimum.  Begitu pula sudah diketahui bahwa keadaan gizi ibu yang buruk sebelum dan selama hamil dapat menyebabkan perubahan jangka pendek dan panjang terhadap ukuran, komposisi dan respon metabolik anaknya.  Perkembangan penting pada pengertian dampak antar generasi dari gizi mengarah pada tantangan kebijakan baru. 
Buku ini memberikan pencerahan tentang pentingnya perlindungan dan promosi kesehatan masyarakat melalui gizi ibu dan bayi.

Buku ini terdiri atas 3 bagian, yaitu : (i) telaah terkini tentang gizi ibu, pencegahan obesitas dan penyakit tidak menular; (ii) telaah rekomendasi yang ada tentang gizi, aktivitas fisik dan pertambahan berat badan  selama hamil di Epopa; (iii) Kesempatan melakukan aksi pada level nasional tentang bagaimana mempromosikan gizi dan kesehatan yang terkait dengan diet pada seluruh siklus kehidupan, memastikan perkembangan janin yang optimal dan mengurangi dampak morbiditas dan faktor resiko bagi penyakit tidak menular yang terkait diet, dengan memperbaiki kesehatan gizi ibu.

 Bukunya download disini ya :


Thursday, October 13, 2016

Sistem pangan dan diet : menghadapi tantangan abad ke-21 (Food systems and diets: Facing the challenges of the 21st century)

Dunia menghadapi krisis gizi.  Sekitar 3 (tiga) milyar penduduk yang berasal dari 193 negara di dunia memiliki diet yang bermutu rendah.  Selama lebih dari 20 tahun berbagai bentuk malnutrisi semakin serius mengancam kesehatan global.  Pertumbuhan penduduk bersama-sama dengan perubahan iklim semakin menekan sistem pangan, terutama di Afrika dan Asia yang akan mendapatkan tambahan penduduk 2 (dua) milyar menjelang tahun 2050.  Pada saat yang sama, peningkatan urbanisasi yang pesat, terutama di dua benua tersebut, akan mempengaruhi kelaparan dan gizi dengan cara-cara yang kompleks, baik secara positif maupun secara negatif.

Kecuali pembuat kebijakan mengupayakan pengereman terhadap overweight, obesitas, dan penyakit yang berkaitan dengan diet, serta serta mempercepat upaya-upaya untuk mnegurangi kekurangan gizi, maka setiap oang akan membayar mahal akan hal-hal berikut : kematian, penyakit, kerugian ekonomi, dan degradasi lingkungan. Untuk menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan pula upaya untuk mengatasi HIV/AIDS, malaria dan merokok.
Oleh karena itu, diperlukan aksi yang terkoordinasi di seluruh dunia dengan perubahan yang mendasar tentang pengertian dan aksi kebijakan yang dilakukan.  Lebih dari itu juga diperlukan lebih banyak upaya untuk memposisikan pertumbuhan pertanian sebagai cara untuk memperbaiki mutu diet daripada hanya sekedar memenuhi kalori yang cukup. Sistem pangan sekarang ini terlalu fokus pada jumlah pangan dan tidak cukup fokus pada mutu pangan.  Sistem pangan ini tidak membantu konsumen membuat pilihan pangan yang lebih sehat yang sesuai dengan outcome gizi optimal.   Sistem pangan perlu direposisi dari sekedar menyuplai pangan menjadi untuk memberikan diet yang bermutu tinggi untuk semua penduduk.  Hal ini tentu saja membutuhkan inisiatif kebijakan lebih dari pertanian uang meliputi perdagangan, lingkungan dan kesehatan, yang memanfaatkan kekuatan sektor swasta dan memberdayakan konsumen untuk meminta diet yang lebih baik.
Pemimpin dunia dan pemerintahannya perlu berkomitmen dan mengambil keputusan dengan prioritas aksi untuk membentuk kembali sistem pangan global yang memengaruhi diet yang bermutu tinggi untu penduduk dunia.
Bagi yang tertarik membaca buku ini lebih jauh silahkan download pada link dibawah ini.

Saturday, October 8, 2016

Cara Menghitung Kebutuhan Energi (Energy Requirement) berdasarkan Pengeluaran Energi menurut FAO 2001





            Kebutuhan energi merupakan jumlah energi dari makanan/minuman yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan dengan pengeluaran energi, agar seseorang dapat mempertahankan berat badan, komposisi tubuh, taraf aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan yang mendukung kesehatan yang baik dalam jangka panjang.  Ada banyak cara mengukur kebutuhan energi.  Salah satu yang sering digunakan adalah cara mengukur pengeluaran energi seperti yang disarankan oleh FAO/WHO (2001).  Disebutkan sebagai cara FAO 2001 karena didasarkan pada Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation Rome, 17–24 October 2001 yang berjudul Human energy requirements, meskipun buku ini sendiri baru diterbitkan pada tahun 2004.  Jadi buku ini sebenarnya merupakan alat untuk menghitung kebutuhan energi mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.  Untuk menghitung kebutuhan energi diperlukan besarnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan gaya hidup yang biasa dilakukannya sehari-hari.  Oleh sebab itu pengukuran aktivitasnya haruslah dapat menggambarkan gaya hidupnya.  Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik.

            PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Selanjutnya nilai PAL dapat digunakan dalam menilai tingkatan aktivitas fisik seseorang.  Tingkatan tersebut diantaranya sangat ringan, ringan, sedang, berat,  maupun sangat  berat, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
    Tabel 1.  Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Kategori
Nilai PAL
Keterangan
Sangat ringan atau Sangat tidak aktif (Extremely inactive)
< 1.4
Pada umumnya aktivitas seharian duduk dan/atau tidur-tiduran, seperti orang dalam keadaan sakit
Ringan  (Sedentary or light activity lifestyle)
1.40 – 1.69
Aktivitas gaya hidup intensitas rendah
Sedang  (Active or moderately active lifestyle)
1.70 – 1.99
Contoh pada olahragawan dengan latihan sedang sampai keras yang dilakukan lebih dari 30 menit per hari
Berat (Vigorous or vigorously active lifestyle)
2.00 – 2.40
Contoh pada olahragawan dengan latihan sedang sampai keras yang dilakukan lebih dari satu jam per hari
Sangat berat atau Luar biasa aktif (extremely active)
> 2.4
Contoh pada atlet enduran kompetitif

            Sebagai contoh, pada Tabel 2 disajikan pola aktivitas harian seseorang yang tergolong ringan, sedang, dan berat.
Tabel 2 Perhitungan tingkat aktivitas fisik untuk populasi
Kegiatan
Alokasi waktu
PAR
Waktu x PAR
Nilai PAL
Aktivitas ringan (Sedentary/light activity lifestyle)
Tidur
8
1
8

Perawatan diri (mandi dan berpakaian)
1
2.3
2.3

Makan
1
1.5
1.5

Memasak
1
2.1
2.1

Kegiatan yang dilakukan dengan duduk (kerja kantor)
8
1.5
12

Pekerjaan rumah tangga
1
2.8
2.8
36.7/24=1.53
Mengendarai kendaraan
1
2.0
2.0

Berjalan
1
3.2
3.2

Kegiatan ringan (menonton TV, chatting)
2
1.4
2.8

jumlah
24

36.7

Aktivitas sedang (Active or moderately active lifestyle)
Tidur
8
1
8

Perawatan diri (mandi dan berpakaian)
1
2.3
2.3

Makan
1
1.5
1.5

Kegiatan yang dilakukan dengan berdiri
8
2.2
17.6
42.2/24=1.76
Transportasi bekerja dengan bus
1
1.2
1.2

Berjalan
1
3.2
3.2

Olahraga ringan
1
4.2
4.2

Kegiatan ringan (menonton TV, chatting)
3
1.4
4.2

Jumlah
24

42.2

Aktivitas berat (Vigorous or vigorously active lifestyle)
Tidur
8
1
8

Perawatan diri (mandi dan berpakaian)
1
2.3
2.3

Makan
1
1.4
1.4

Masak
1
2.1
2.1

Kegiatan pertanian tanpa alat
6
4.1
24.6
53.9/24=2.25
Mengambil air
1
4.4
4.4

Pekerjaan rumah tangga yang berat
1
2.3
2.3

Berjalan
1
3.2
3.2

Kegiatan ringan
4
1.4
5.6

Jumlah
24

53.9

                        Sumber : FAO/WHO/UNU 2004


            Kebutuhan energi dihitung dari pendugaan faktorial nilai PAL .  Nilai PAL dikonversi menjadi unit energi (dalam hal ini Kalori) dengan cara mengalikan nilai PAL dengan BMR.  Oleh karena itu, pada penghitungan cara FAO 2001, mula-mula yang harus dihitung terlebih dahulu adalah energi metabolisme basal (basal metabolic rate) seseorang.  Misalkan subjek yang ingin dihitung kebutuhan energinya adalah seorang laki-laki berusia 20 tahun dengan berat badan 60 kg, maka BMR adalah :
BMR dihitung dengan menggunakan persamaan BMR menurut FAO 2001 yang dapat dilihat pada Tabel 3.

            Tabel 3.  Persamaan untuk Menaksir BMR (FAO, 2001)
Umur
Tahun
No.
BMR: kcal/day
SEE
Laki-laki



< 3
162
59.512 BB - 30.4
70
3-10
338
22.706 BB + 504.3
67
10-18
734
17.686 BB + 658.2
105
18-30
2879
15.057 BB + 692.2
153
30-60
646
11.472 BB + 873.1
167
> 60
50
11.711 BB + 587.7
164
Perempuan



< 3
137
58.317 BB - 31.1
59
3-10
413
20.315 BB + 485.9
70
10-18
575
13.384 BB + 692.6
111
18-30
829
14.818 BB + 486.6
119
30-60
372
8.126 BB + 845.6
111
> 60
38
9.082 BB + 658.5
108

Pada Tabel 3 tersebut persamaan untuk subjek yang akan dihitung BMR-nya adalah :
BMR = 15.057 BB + 692.2
Sehinggga dengan memasukkan berat badannya pada persamaan tersebut diperoleh ;
BMR = 15.057 x 60 + 692.2
BMR = 1596 kkal
           Pada tahap berikutnya adalah menghitung pola aktivitas atau pelo penggunaan energi berdasarkan aktivitas harian.

Pola Aktivitas Harian Subyek
           Pola aktivitas merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari (sesuai dengan gaya hidup yang biasa dilakukan sehari-hari) sehingga akan membentuk pola. Pola aktivitas sehari-hari seseorang dapat dilihat dari pendugaan faktorial atau pengamatan terhadap berbagai jenis  kegiatan yang dilakukan secara rutin yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan alokasi waktunya untuk setiap kegiatan selama 24 jam.
          Pola aktivitas harian subyek berumur 20 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan (BB) 60 kg disajikan pada Tabel 4, serta nilai PAR-nya yang dihitung dari Tabel 5.  Physilan aktivity ratio (PAR) adalah energi yang dikeluarkan dari berbagai aktivitas yang berbeda yang dinyatakan sebagai kelipatan dari BMR.

     Tabel 4.  Pola aktivitas harian subjek (laki-laki, usia 20 tahun, berat badan 60 kg)
Aktivitas
Alokasi Waktu
(jam)
Energi yang dikeluarkan
PAR
Waktu x PAR
Rata-rata PAL
A
B
C
(C)/(A)
Berpakaian/mandi
Duduk/menulis
Berjalan
Berdiri
Mengetik
Tidur
Main basket
Makan/minum
1.5
4.0
2.0
1.0
4.0
8.0
2.5
1.0
2.4
1.2
2.8
1.4
1.8
1
6.95
1.4
3.6
4.8
5.6
1.4
7.2
8.0
17.4
1.4


24 jam

49.4
49.4/24 = 2.06

            Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung pengeluaran energi total yang dilakukan oleh subjek tersebut.  Pengeluaran energi total adalah perkalian antara nilai PAL dan BMR.  Pengeluaran energi total yang menggambarkan pengeluaran energi harian seseorang berdasarkan gaya hidup yang biasa dilakukan sehari-hari pada hakekatnya merupakan kebutuhan energi sehari-hari orang tersebut.  Dengan demikian, perhitungan akhirnya adalah sebagai berikut.
Pengeluaran energi total = PAL x BMR
Pengeluaran energi total = 2.06 x 1596
Pengeluaran energi total = 3290  kkal
Berarti :
Kebutuhan energi hariannya  adalah 3290 kkal

                Tabel 5. Pengeluaran energi dari berbagai aktivitas (dinyatakan dalam PAR) menurut FAO 2001

Jenis aktivitas

Nilai PAR
Laki-laki
Perempuan

Aktivitas pribadi secara umum



Tidur
1.0
1.0
Berbaring
1.2
1.2
Duduk diam
1.2
1.2
Berdiri
1.4
1.5
Berpakaian
2.4
3.3
Mencuci tangan/wajah dan rambut
2.3

Menganyam rambut

1.8
Makan dan minum
1.4
1.6
Transportasi


Jalan (berjalan-jalan keliling)
2.1
2.5
Jalan pelan
2.8
3.0
Jalan cepat
3.8

Jalan menanjak/mendaki
7.1
5.4
Jalan menurun/turun
3.5
3.2
Naik tangga
5.0

Duduk di bis/kendaraan/kereta
1.2

Aktivitas dengan beban


Berjalan denan beban 15-20 kg

3.5
Berjalan denan beban 25-30 kg

3.9
Membawa beban 20-30 kg di kepala
3.5

Membawa beban 35-60 kg di kepala
5.8

Membawa beban 27 kg dengan selempang di bahu
5.0

Membawa beban 27 kg dengan selempang di kepala
5.32

Memuat karung berisi 9 kg ke atas truk
5.79

Memuat karung berisi 16 kg ke atas truk
9.65

Menarik gerobak dengan tangan tanpa beban
4.82

Menarik gerobak dengan tangan dengan beban 185-370 kg
8.3

Pekerjaan rumah tangga


Pekerjaan memasak


Mencari kayu
3.3

Menimba air dari sumur

4.5
Memotong kayu bakar
4.2

Meremas adonan

3.4
Membuat tortila

2.4
Membersihkan sayuran
1.9
1.5
Menggiling biji2an

5.6
Berbelanja

4.6
Meremas kelapa

2.4
Mencuci piring

1.7
Pengasuhan anak


Mengasuh anak

2.5
Memandikan anak

3.5
Menggendong anak


Membersihkan rumah


Membersihkan rumah (tidak spesifik)

2.8
Memukul keset/karpet

6.2
Merapikan tempat tidur (iklim tropis)

3.4
Merapikan tempat tidur (iklim dingin)

4.9
Mengepel/mencuci lantai

4.4
Menggosok lantai

4.4
Menyapu lantai

2.3
Menyedot debu

3.9
Membersihkan jendela
3.0

Laundry


Mencuci pakaian (duduk/jongkok)

2.8
Menjemur pakaian diluar rumah

4.4
Menyeterika pakaian
3.5
1.7
Menjahit/merajut
1.6
1.5
Merapikan halaman/berkebun


Membersihkan/menyapu halaman
3.7
3.6
Merumput (membersihkan rumput)
3.3
2.9
Aktivitas pertanian


Aktivitas umum


Menggali
5.6
5.7
Menjalankan traktor
2.1

Pemupukan
5.2

Memungut/mengumpulkan hasil tanaman

4.5
Menggiling biji-bijian di batu giling

4.6
Mencangkul
4.2
5.3
Mengangkat karung ke atas truk
6.6

Membajak dengan kuda
4.8

Membajak dengan traktor
3.4

Membajak dengan kerbau

3.6
Menyemprot tanaman
4.3

Menebar benih atau pembibitan
4.0
3.7
Tanaman cokelat


Mengumpulkan/panen cokelat

2.9
Pemangkasan
2.4

Pemisahan/pengupasan cokelat

2.0
Aktivitas untuk tanaman kelapa


Memanen (memanjat pohon)
4.2

Mengupas kelapa
5.6

Pemisahan daging kelapa
3.9

Tanaman buah (apel, jeruk)


Memetik dengan galah

3.8
Memetik dengan tangan
3.4

Memangkas pohon
3.6

Tanaman kacang tanah


Panen
4.7

Penanaman
4.1

Mengupas kulit
1.6

Penyortiran
1.9

Pembenihan
3.2

Tanaman jagung


Panen
5.1

Penanaman
4.1

Tanaman padi


Mengikat padi
3.7
3.0
Pemupukan
3.1

Panen
3.5
3.8
Penanaman
3.7
3.6
Penyemprotan
5.2

Perontokan padi
5.4
5.1
Pembibitan
3.3
3.7
Tanaman tebu


Penebangan
7.0

Memuat tebu ke kendaraan
5.6

Mengikat tebu
3.0

Tanaman umbi-umbian


Panen
4.4
3.0
Penanaman
5.0
3.9
Penyortiran (jongkok)
2.2

Peternakan


Membawa jerami
3.1

Pembersihan peralatan
4.0

Memotong jerami
5.0

Memberi makan ternak
3.6

Merawat kuda
5.5

Memerah susu dengan tangan
3.6

Memerah susu dengan mesin
3.2

Memeliharan ternak (memberi makan, memberi air, membersihkan kandang)
4.6

Berburu/Memancing


Menangkap kepiting

4.51
Memancing dengan joran
1.9

Menangkap ikan dengan tombak
2.3

Menangkap ikan dengan tangan

3.94
Berburu (kelelawar, burung, babi)
3.2

Pekerjaan membuat roti

2.5
Pekerjaan membuat minuman (bir)

2.9
Membuat batu bata


Memotong tanah
5.6

Membuat bata (mencetak bata)
3.0

Tukang bangunan


Mengangkat kayu
6.6

Mengaduk semen
5.3

Memasang dinding dengan semen
3.3

Memahat kayu
5.0

Memaku
3.0

Menarah kayu lunak
5.7

Menarah kayu keras
8.0

Pengatapan
2.9

Mengampelas
2.9

Menggergaji kayu lunak
5.3

Menggergaji kayu keras
6.6

Mengecat
3.6

Pemadam kebakaran


Menarik selang pemadam
9.8

Memanjat tangga sampai atas
12.2

Pembantu pemadam (menyediakan makanan, minuman, dll)
3.0
3.1
Pekerja hutan (rimbawan)


Menebang pohon
6.9

Menggergaji
5.7

Menanam pohon
4.1

Pekerjaan kebun bibit
3.6

Latihan militer


Menggali parit
6.4

Latihan berbaris
4.5

Berdefile (pelan)
3.18

Berdefile 3.2-6.4 km/jam dengan beban 27 kg
4.9

Latihan halang rintang
5.7

Pertambangan


Membor dengan alat bor
3.9

Memuat barang operasi tambang
3.2

Menyekop
4.6

Pekerja kantoran


Menata file
1.3
1.5
Membaca
1.3
1.5
Duduk-duduk didepan meja
1.3

Berdiri/berjalan sekekitar ruangan
1.6

Mengetik
1.8

Menulis
1.4

Pekerja Pos dan telekom


Memanjat/naik tangga
8.9

Menyortir surat/paket
5.4

Pembuat sepatu


Menjahit
2.5

Pekerja tekstil (memintal, menenun, mewarnai)
3.1
2.2
Aktivitas olahraga


Senam aerobik (intensitas rendah)
3.51
4.24
Senam aerobik (intensitas tinggi)
7.93
8.31
Basket
6.95
7.74
Memukul bola
4.85

Bowling (bola gelinding)
4.21

Callisthenics (olahraga tanpa bantuan alat atau hanya mengandalkan berat badan; seperti push-up, pull up, sit up, squat, jumping jack, leg raise, etc)
5.44

Sepakbola
8.0

Golf
4.38

Dayung
6.7
5.34
Lari – jarak jauh
6.34
6.55
Lari - sprint
8.21
8.28
Perahu layar
1.42
1.54
Renang
9.0

Tenis
5.8
5.92
Bola voli
6.06
6.06
Aktivitas rekreasi lainnya


Tari/dansa
5.0
5.09
Mendengarkan radio/musik
1.57
1.43
Melukis
1.25
1.27
Main kartu/main games
1.5
1.75
Main drum
3.71

Main piano
2.25

Main terompet
1.77

Membaca
1.22
1.25
Menonton televisi
1.64








        







       











































































































































































   









  

   Sumber : FAO/WHO/UNU (2004)

Daftar Pustaka

FAO/WHO/UNU.  2004. Human Energy Requirements: Report of a Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation. FAO/WHO/UNU, Rome.