Laman

Thursday, March 26, 2015

Hasil Studi Diet Total Indonesia 2014

Sebulan yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah merelease laporan hasil Studi Diet Total - Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014.


Berikut ini adalah  ringkasan hasil Studi Diet Total yang saya kutip dari laporan tersebut.  

Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan tingkat konsumsi bahan makanan menurut jenis dan kelompok makanan, berpengaruh terhadap asupan zat gizi, tingkat kecukupan energi dan protein individu.
Hasilnya secara lengkap sebagai berikut:
1.      Pada makanan pokok, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia (97,7%) dengan konsumsi sebesar 201,3 gram per orang per hari diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 30,2 persen penduduk dengan konsumsi sebesar 51,6 gram per orang per hari. Jenis umbi-umbian dan olahannya menempati urutan ketiga dengan konsumsi sebesar 27,1 gram per orang per hari dan dikonsumsi oleh sekitar 19,6 persen penduduk. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbi-umbian yang umumnya merupakan produksi lokal, justru jumlahnya paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk.
2.      Konsumsi protein hewani penduduk Indonesia, terbanyak berasal dari kelompok ikan dan olahan, yaitu sebesar 78,4 gram per orang per hari. Disusul oleh kelompok daging dan olahan sebanyak 42,8 gram per orang per hari, dan tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi secara berurutan adalah telur dan olahan sebesar 19,7 gram per orang per hari, susu dan olahan kurang dari 5 gram per orang per hari, dan kelompok jeroan sebesar 2,1 gram per orang perhari. Protein nabati lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacang-kacangan dan olahan dan serealia dan olahan mencapai 56,7 gram dan 257,7 gram per orang per hari. Berdasarkan jumlah penduduk, yang dominan dikonsumsi adalah kacang kedele dan beras masing masing 47,4 persen dan 97,7 persen. Dengan demikian mayoritas sumber protein dalam makanan penduduk adalah protein nabati.
3.      Konsumsi kelompok sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan penduduk masih rendah yaitu 57,1 gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang per hari. Dalam kelompok sayur, sayuran hijau dikonsumsi paling banyak (79,1%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya untuk kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (15,1%).  Konsumsi sayur dan olahan serta buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
4.      Konsumsi kelompok minyak, lemak dan olahan sebesar 37,4 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (19,7gram/orang/hari). Sebagian besar penduduk Indonesia (92,6%) mengonsumsi minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, menyusul kelapa dan olahannya (29,4%) dan minyak lainnya (7,1%).
5.      Konsumsi kelompok gula dan konfeksionari penduduk Indonesia sebesar 15,7 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir (13,6 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia (66,6%), diikuti oleh bahan makanan lain, permen dan coklat dengan kisaran antara 2,3 sampai 2,8 persen dan terendah sirup (1,2%).
6.      Konsumsi kelompok bumbu penduduk Indonesia sebesar 20,4 gram per orang per hari, terbanyak dikonsumsi pada kelompok ini adalah bumbu basah (14,3 gram/orang/hari), menyusul garam (3,5 gram/orang/hari) dan terkecil bahan tambahan kurang dari 1,0 gram/orang/hari. Hampir seluruh penduduk mengonsumsi garam (96,3%) diikuti dengan bumbu basah (84,1%), vetsin (50,3%) dan terendah bahan tambahan (1,3%).
7.      Konsumsi minuman serbuk penduduk Indonesia sebesar 8,7 gram per orang per hari. Teh instan/daun kering dikonsumsi terbanyak (31,2 %) diikuti kopi bubuk (25,1%) dan terendah minuman serbuk (5,9%), dengan konsumsi terbanyak adalah kopi bubuk (6,0 gram/orang/hari), menyusul teh instan daun kering (1,6 gram/orang/hari) dan terendah adalah minuman serbuk (1,2 gram/orang/hari). Minuman serbuk merupakan minuman terbanyak dikonsumsi oleh kelompok umur 0-59 bulan hingga kelompok umur 13-18 tahun.
8.      Konsumsi minuman cair penduduk Indonesia sebesar 25,0 ml per orang per hari. Berasal dari minuman kemasan (19,8 ml /orang/hari), minuman berkarbonasi (2,4 ml/orang/hari), minuman beralkohol (1 ml/orang/hari), serta lainnya (1,9 ml /orang/hari).  Minuman kemasan cairan dikonsumsi 8,7 persen penduduk, diikuti minuman lainnya (1,8%), minuman berkarbonasi (1,1%) dan terendah minuman beralkohol (0,2%).  Minuman kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur termasuk kelompok balita.
9.      Total konsumsi cairan penduduk Indonesia 1.317 ml per orang per hari, berasal dari air minum 1.146 ml per orang per hari, air minum kemasan bermerek 146 ml per orang per hari, dan minuman cairan (25 ml/orang/hari). Konsumsi cairan kelompok umur 19-55 tahun (dewasa) hampir mencapai 1 ½ liter.
10.  Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu amat kecil yaitu di bawah 1,0 gram per orang per hari, dan dikonsumsi kurang dari 1 persen penduduk

Asupan dan kecukupan gizi

1.      Lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai asupan energi yang kurang bila dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Proporsinya dengan asupan energi sangat kurang ( < 70% AKE) sebesar 6,8 persen dan asupan energi kurang (70 - < 100 % AKE) sebanyak 48,9 persen. Sebaliknya ditemukan balita yang mengonsumsi energi lebih besar dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan ( >130% AKE) sebesar 17,1 persen.
2.      Secara nasional, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (< 70% AKE) sebesar 45,7 persen, tingkat kecukupan energi kurang (70 - < 100% AKE) sebesar 33,9 persen, tingkat kecukupan energi sesuai AKG (100 - < 130% AKE) sebesar 14,5 persen, dan lebih dari AKG (> 130% AKE) sebesar 5,9 persen.
3.      Secara nasional tingkat kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok umur 0-59 bulan (134,5% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (115,9% AKP), kelompok umur 19-55 tahun (107,2% AKP), kelompok umur >55 tahun (93% AKP) dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (89,5% AKP). Penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (< 80% AKP) sebesar 36,1 persen, tingkat kecukupan protein kurang (70 - < 100% AKP) sebesar 17,3 persen dan tingkat kecukupan protein normal (> 100% AKP) sebesar 46,5 persen.
4.      Rerata tingkat kecukupan energi dan protein pada kelompok umur remaja (13-18 tahun) sebesar 72,3 persen dan 82,5 persen, paling rendah dibandingkan dengan empat kelompok umur lainnya. Proporsi remaja dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (< 70% ) sebanyak 52,5 persen tertinggi dibandingkan dengan empat kelompok umur lainnya.
5.      Secara nasional, sebanyak 4,8 persen, 18,3 persen dan 26,5 persen penduduk mengonsumsi gula, natrium dan lemak melebihi pesan Permenkes Nomor 30 tahun 2013.
6.      Kecukupan energi dan protein pada ibu hamil perlu mendapat perhatian terutama di perdesaan. Ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (< 70% AKE)  di perdesaan (52,9%), sementara di perkotaan (51,5%). Hanya 14,0 persen ibu hamil dengan tingkat kecukupan energi lebih atau sama dengan 100 persen AKE baik di perkotaan maupun perdesaan. Ibu hamil dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (< 80 % AKP) di perdesaan (55,7%), sedangkan di perkotaan (49,6%).
7.      Kontribusi lemak terhadap total asupan energi sebesar 27,4 persen, sedikit di atas angka yang dianjurkan Pedoman Gizi Seimbang.


Lebih jelasnya laporan tersebut dapat diunduh pada link berikut :