Laman

Wednesday, October 15, 2014

Kerugian Ekonomi Akibat Gizi Buruk

Perbaikan gizi berkontribusi terhadap meningkatnya produktivitas, pembangunan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan. Hal ini terjadi melalui peningkatan kemampuan kapasitas aktifitas fisik, peningkatan kemampuan kognitif, performa belajar dan penurunan angka kesakitan dan angka kematian. Gizi buruk jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan lingkaran setan antara kemiskinan dan gizi buruk melalui tiga mekanisme: penurunan produktifitas kerja, kehilangan tidak langsung akibat penurunan kemampuan kognitif dan tingginya biaya kesehatan.

Gizi buruk berkontribusi terhadap 60% angka kematian pada anak dan  anak yang memiliki berat badan rendah memiliki resiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan anak yang bergizi baik. Bayi yang lahir degan berat badan rendah atau BBLR (<`2,5 Kg) memiliki resiko kematian 2-10 kali lebih besar dibanding bayi normal. Di masa dewasanya mereka juga memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit kardiovaskuler.

Gizi buruk juga berpengaruh nyata terhadap penurunan fungsi kognitif. Laporan Bank Dunia 2006 menyebutkan bahwa BBLR berpengaruh terhadap penurunan IQ sebesar 5 poin. Anak yang pendek (stunting) cenderung memiliki IQ lebih rendah sebesar 5 hingga 11 poin. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) menurunkan IQ sebesar 10-15 poin. Anemia gizi besi (AGB) secara konsisten menurunkan IQ sebesar 8 poin. Anak yang memiliki riwayat gizi buruk semasa kecilnya terbukti memiliki kemampuan kognitif yang rendah, fungsi motorik yang rendah dan mereka memiliki tingkat konsentrasi yang rendah pula. Kemampuan kognitif tersebut di atas berpengaruh terhadap kemampuan kognitif di masa dewasa mereka dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk mencari penghasilan

Resiko ekonomi mengabaikan gizi buruk

Biaya akibat gizi buruk di negara berkembang menelan biaya jutaan dolar setiap tahunnya.  Laporan Bank Dunia 2006 juga menyebutkan bahwa kerugian financial akibat gizi buruk sangat tinggi. Pada level negara, India sebagai contoh;  kerugian yang timbul akibat kehilangan produktivitas akibat gizi buruk sebesar 2,95 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Kerugian akibat defisiensi gizi mikro saja mengakibatkan kerugian sebesar US $ 2,5 juta per tahunnya atau sekitar 0,4 persen dari PDB negara yang bersangkutan.

Anak yang berstatus gizi buruk memerlukan pelayanan kesehatan yang lebih khusus (memerlukan perhatian lebih) dan memerlukan biaya yang lebih besar di banding anak yang berstatus gizi baik. Anak yang bergizi buruk juga memiliki prestasi sekolah yang lebih buruk dan cenderung lebih sering tidak naik kelas dibanding anak yang bergizi baik, hal ini pada akhirnya juga akan meningkatkan pengeluaran untuk biaya pendidikan.

Rasio manfaat-biaya program Gizi

Program perbaikan gizi sangat menguntungkan secara ekonomi, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Behrman, Alderman, dan Hoddinott (2004) menunjukkan bahwa hasil atau manfaat yang diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk program perbaikan gizi. Perhitungan manfaat tersebut diperoleh melalui asumsi terhadap penurunan angka kematian, penurunan biaya kesehatan, dan meningkatnya produktivitas serta manfaat-manfaat lainnya. Sebagai contoh untuk setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan untuk program promosi ASI ekslusif di rumah sakit menghasilkan manfaaat sebesar 5-67 rupiah. Manfaat untuk program lainnya bisa di lihat pada tabel berikut.
  

Tabel.  Rasio manfaat-biaya program intervensi gizi

Program intervensi
Manfaat-biaya
Promosi ASI di rumah sakit
5-67
Pelayanan keehatan anak terpadu
9-16
Suplementasi Yodium pada wanita
15-520
Suplementasi Vitamin A pada anak < 6 tahun
4-43
Fortifikasi zat besi (per kapita)
176-200
Suplementasi zat besi (per wanita hamil)
6-14

Sumber :  Behrman, Alderman, dan Hoddinott (2004)

No comments: